Kita masuk ke bagian besar kedua kitab Daniel, bagian visions. Ini bukan bagian yang mudah. Pastinya lebih mudah keenam pasal yang pertama, bagian stories, bagian yang kita tahu dan terkenal, yang sudah diceritakan sejak kita kecil di Sekolah Minggu. Masuk ke pasal 7 ini bagian visions yang kurang dikenal, berisi penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi yang aneh, yang jarang dibicarakan di gereja karena aneh dan buram, atau justru dalam beberapa gereja yang lain terlalu sering dibicarakan dengan tafsiran-tafsiran yang over sensational, bombastis, dan ujungnya tidak tepat.
Berhubung kita akan masuk ke bagian visions, saya pikir ini momen untuk kita menyusun panggung lagi, memberi penjelasan mengenai sastra apokaliptika dalam Alkitab termasuk bagaimana membacanya, baru minggu depannya masuk ke pembahasan pasal 7. Tapi saya sekarang pikir mau mengubahnya, putar balik, hari ini kita langsung nyemplung ke pasal 7, minggu depan baru kita akan sedikit melangkah ke belakang untuk bicara mengenai sastra apokaliptika secara lebih umum.
Sebelum masuk ke pembahasan, ini waktu yang baik juga untuk recap mengenai apa ide utama kitab Daniel sejauh yang kita baca dalam keenam pasal sebelumnya. Kitab Daniel adalah kitab yang bercerita mengenai orang-orang Yahudi yang dibuang, ini masa pembuangan (exilic), maka poin utamanya di sini menyelidiki seperti apa sih menjadi umat Allah ketika kita cuma minoritas, bagaimana kita bisa tetap setia sebagai minoritas di tengah-tengah bangsa/budaya yang tidak meyakini keyakinan kita, mungkin merasa kita bodoh, memusuhi kita, dsb. Ini kitab mengenai pergumulan untuk terus setia; dan dalam mengisi/menguatkan umat Allah untuk tetap setia, cara kitab Daniel salah satunya dengan memberikan pengharapan.
Orang bisa setia dalam situasi yang menekan kalau mereka punya pengharapan yang tepat. Lalu bagaimana caranya punya pengharapan di dalam dunia yang segala sesuatunya tidak seperti bayangan kita, tidak berjalan sesuai harapan kita? Gampangnya dalam konteks hari ini, bagaimana bisa setia sebagai umat Tuhan di kota Jakarta ini, ketika memangnya Jakarta terlihat seperti kota yang Yesus bertakhta sebagai Raja? Apakah dunia kita hari ini terlihat sebagai dunia yang Yesus adalah Rajanya? Sulit ‘kan percaya hal seperti ini –maka sulit untuk hidup setia. Kita sulit untuk percaya Allah adalah Raja. Kita melihat berita lokal isinya bad news semua, berita global sami mawon, isinya violence, chaos, perang di mana-mana. Jadi, apa artinya menjadi umat Allah yang mempertahankan pengharapan dengan setia, menjalankan hidup yang mendeklarasikan Yesus sebagai Raja, bukan cuma ketika dunia memusuhi kita tapi juga ketika dunia berjalan sebagaimana hari ini, yang tidak kelihatan Yesus bertakhta? Bagaimana bisa mempertahankan kesetiaan dan pengharapan dalam dunia seperti itu? Inilah cerita kitab Daniel.
Di pasal 1, kisahnya berawal di Yerusalem. Bangsa Babilonia datang, menyerang Yerusalem, membunuh orang Yahudi, membawa mereka ke pembuangan. Kitab Daniel lalu fokus pada empat orang dari antara mereka, yaitu Daniel dan kawan-kawannya. Mereka dibawa untuk dipekerjakan di istana Raja Nebukadnezar, menjadi pegawai negeri, diberi nama Babilonia, disuruh belajar bahasa dan ilmu-ilmunya. Masih di pasal 1 itu, kita sudah menemukan ada ketegangan dalam urusan makanan. Namun Allah memberikan mereka kasih karunia di tengah-tengah ketegangan tersebut.
Pasal 2, pasal yang paralel dengan pasal 7 yang kita akan bahas. Ini pasal yang juga berurusan dengan mimpi. Raja Nebukadnezar bermimpi mengenai patung yang terbuat dari empat bagian yang berbeda. Daniel menafsirkan mimpi itu, bahwa bagian-bagian patung itu simply kerajaan-kerajaan dunia yang berbeda-beda, yang satu datang mengikuti yang lain. Lalu ada sebuah batu datang menghancurkan patung tersebut, melambangkan Kerajaan Allah yang tumbuh menjadi gunung besar memenuhi seluruh bumi. Sekali lagi, hal tersebut kabar baik bagi Daniel, karena membantu untuk menyadari bahwa klaim kerajaan-kerajaan hari ini berpikir mereka kekal, ternyata mereka tidak kekal, mereka tidak bertahan selama-lamanya, ada masanya, maka kalaupun Babilonia memusuhiku, Babilonia tidak akan bertahan selama-lamanya, suatu hari nanti Kerajaan Allah akan datang di bumi ini seperti di surga. Itu temanya.
Pasal 3, kisah mengenai teman-teman Daniel. Sama seperti pasal 1, kesetiaan mereka juga ditantang, apakah mau menyembah patung yang mewakili Babilonia itu, atau menolak dan hanya setia kepada Allah Israel saja. Gara-gara memilih untuk setia, mereka basically dibunuh, dilempar ke dapur api, although tindakan ini tidak mematikan mereka karena Allah menyelamatkan mereka, lalu Nebukadnezar mengangkat mereka ke posisi yang tinggi. Ini paralel dengan pasal 6, Daniel ditantang untuk tetap setia kepada Allah Israel; dan seperti kawan-kawannya, dia juga dianiaya oleh karena itu, dilempar bukan ke dapur api melainkan ke gua singa. Namun Allah menyelamatkan Daniel dan mengangkat dia ke posisi yang tinggi juga.
Pasal 4 dan pasal 5, kisah mengenai dua raja, basically ayah dan anak, leluhur dan keturunannya, raja pertama dan raja terakhir Babilonia. Keduanya meninggikan diri di hadapan Tuhan. Raja yang pertama, Nebukadnezar, direndahkan oleh Tuhan, dia menjadi seperti binatang, kuku dan rambutnya jadi panjang, rumput pun dia makan. Kalimat penting yang kita katakan waktu membahas pasal 4 ini adalah: ketika manusia menaruh dirinya di posisi Allah, Allah lalu merendahkan mereka jadi binatang, supaya mereka tahu bahwa mereka cuma manusia. Ketika Nebukadnezar menyadari dirinya cuma manusia, Allah memulihkan kemanusiaannya. Ini kontras dengan raja kedua tadi, raja Babilonia yang terakhir di pasal 5, Belsyazar dalam kisah The Writing on the Wall; dia juga meninggikan diri tapi tidak kemudian merendahkan dirinya seperti Nebukadnezar. Malam itu juga dia mati dibunuh.
Saudara lihat, keseluruhan bagian stories yang enam pasal mengungkapkan serta menggambarkan Daniel dan kawan-kawannya sebagai template mengenai bagaimana hidup di tengah-tengah kerajaan dunia, melawan pengaruh Babilonia dan kerajaan-kerajaan itu serta bergumul di dalamnya –bagaimana caranya umat Allah melakukan perlawanan. Caranya bukan dengan kabur keluar, mendirikan monastery sendiri, bikin kebun dan makan makanan yang ditanam sendiri, entah di padang belantara mana –bukan demikian– mereka tetap berada di Babilonia, di tengah kota, di pusat pemerintahan. Namun bukan berarti mereka di sana untuk menyusup, membawa bom untuk menyabotase; mereka berada di pusat pemerintahan karena bekerja di sana, bicara bahasanya, pakai bajunya. Mereka berada di Babilonia, tapi mereka bukan berasal dari Babilonia. Mereka terlibat di dalam Babilonia, namun pada saat yang sama mereka mempertahankan asahan imannya tetap tajam kepada Allah yang sejati.
Hidup seperti ini adalah hidup yang sangat sulit, karena seperti berdiri di atas dua perahu dan terus-menerus menghadapi tantangan demi tantangan. Itu sebabnya pertanyaan yang menyambut kita sejak awal pasal 7 ini adalah: mau sampai kapan?? Bukan cuma melihat mereka, kita mendengar kisah hidup mereka yang terus-menerus makin dibukakan makin berat rasanya, dalam situasi kita seperti melihat raja-raja dunia yang perang lagi, membantai lagi, kekerasan lagi, ketidakadilan lagi, korupsi lagi, penindasan lagi, dan kita merasa ini mau sampai kapan?? Inilah bingkai/lensa yang kita perlu pakai waktu masuk ke pasal 7.
Sekali lagi, pasal 7 paralel dengan pasal 2. Pasal 2, Nebukadnezar bermimpi mengenai sesuatu yang ada ‘empat’-nya, dia terganggu oleh mimpi tersebut; di pasal 7 Daniel yang bermimpi, dan mimpinya juga ada ‘empat’-nya, lalu giliran dia yang sekarang terganggu serta gelisah karena mimpi tersebut. Ini nightmare; and yet by the time kita selesai dengan pembahasan ini, saya harap Saudara bisa melihat bahwa Alkitab memberikan bagian-bagian seperti ini bukan untuk menambah-nambahi nightmare-nightmare kita, melainkan justru untuk menenangkan kita dari segala nightmare. Ini mimpi yang super keren; kita akan lihat bersama-sama. Kita akan membagi pembahasannya jadi tiga bagian besar.
BAGIAN PERTAMA
Ayat 1-8
Ayat 4: Yang pertama rupanya seperti seekor singa dan mempunyai sayap burung rajawali. Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah. Ia ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia. Ini binatang yang pertama. Ayat 5: Tampak ada seekor binatang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang. Ia berdiri pada satu sisinya, dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak. Di sini terjemahan LAI kurang bagus; ‘berdiri pada satu sisi’ di sini maksudnya binatang ini satu sisinya seperti lebih naik daripada sisi yang lain, badannya agak disfigured, seperti Hunchback of Notre Dame atau semacamnya, jadi beruang ini bentuknya tidak simetris, ada satu sisi yang lebih tinggi daripada yang lain. Ayat 6: Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain, rupanya seperti macan tutul dengan empat sayap burung pada punggungnya. Binatang itu berkepala empat dan kepadanya diberikan kekuasaan. Saudara perhatikan, semua binatang tersebut tidak dikatakan ‘adalah’, mereka cuma dikatakan ‘seperti’; dan yang ketiga ini seperti macan tutul. Macan tutul pastinya tidak ada sayapnya, kepalanya juga cuma satu sedangkan di sini disebutkan ada empat. Ini mengindikasikan binatang buas ini super cepat, karena macan tutul begitu cepat, apalagi di sini punya sayap dan sayapnya ada empat pula, maka geraknya cepat sekali.
Ayat 7-8: Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mengerikan, dan sangat kuat. Binatang ini tidak ada ekuivalensi atau komparasi dengan binatang apapun, benar-benar lain. Selanjutnya: Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, serta menginjak-injak yang tersisa dengan kakinya. Ia berbeda dengan segala binatang sebelumnya dan ia bertanduk sepuluh … Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong. Ini makin aneh lagi, tanduk bisa ada mata, ada mulut, dsb.
Ini mimpi yang eneh. Membaca ini, kita bertanya-yanya, “Ini apaan sih??” lain banget dengan bagian stories sebelumnya. Tidak heran ini ini bagian yang orang tidak terlalu ingin bahas. Ayo, kita pelan-pelan kupas.
Hal pertama yang saya ingin ajak kita untuk sadari, bahwa memang ini mimpi yang aneh –bahkan bagi Daniel pun ini mimpi yang aneh, mimpi yang mengganggu dan membingungkan, dia berkali-kali tanya apa artinya semua ini– tapi bagi orang Yahudi, mereka at least tidak bakal sebingung kita hari ini. Kenapa? Pertama, karena bahwa Allah memberikan wahyu melalui mimpi, merupakan motif yang sudah sering muncul di Alkitab, bukan baru muncul di Daniel pasal 7. Motif ini sudah muncul mulai dari kitab Kejadian, yang bermimpi yaitu Yusuf. Selanjutnya ada mimpi Firaun; dan mimpinya ada binatang-binatangnya juga, ada sapi-sapi yang gemuk dan sapi-sapi yang kurang gizi, dst. Jadi, mimpi-mimpi di Alkitab yang memakai binatang sebagai lambangnya, bukanlah sesuatu yang baru sekarang ada. Dengan demikian bagi pembaca pertama kitab Daniel, meski mereka mungkin tidak langsung mengerti semuanya, kerut di jidat mereka mungkin tidak sebanyak kita, karena mereka mengenal Alkitab dan pikiran mereka sudah diisi bahasa-bahasa visual Alkitab.
Di dalam mimpi ini kita melihat kata-kata yang diulang, misalnya ‘binatang’ (beast, binatang buas, binatang liar). Siapapun yang sudah membaca Alkitab, khususnya kitab para nabi, lalu membaca gambaran kitab Daniel mengenai binatang buas yang menghancurkan, menginjak-injak, mengerikan, mereka tentu sudah pernah melihat hal tersebut sebelumnya. Satu contoh dalam Yesaya 5, Yesaya menggambarkan Babilonia yang datang kepada Yehuda. Perhatikan bagaimana Yesaya menggambarkannya, ayat 26-29: ‘Ia (maksudnya Tuhan) akan melambaikan panji-panji kepada bangsa yang dari jauh, dan akan bersuit memanggil mereka dari ujung bumi; sesungguhnya mereka akan datang dengan segera, dengan cepat! Tiada yang lelah dan tiada yang tersandung di antaranya; mereka tidak terlelap dan tidak tertidur, tidak terlepas ikat pinggangnya dan tali kasutnya tidak terputus; anak panahnya ditajamkan, dan segala busurnya dilentur; kuku kudanya keras seperti batu api dan roda keretanya seperti puting beliung. Aumnya seperti singa betina, mereka mengaum seperti singa muda; mereka meraung dan menangkap mangsanya, membawanya lari dan tidak ada yang melepaskan.’Ketika Yesaya menggambarkan Babilonia datang menyerang Yerusalem lalu membawa sebagian dari mereka ke pembuangan, gambaran yang ia pakai adalah singa yang menerjang mangsanya lalu kabur sebelum ada yang bisa bereaksi apa-apa. Jadi, ini sesuatu yang sering banget muncul di Alkitab, ada 20-30 contoh lain yang kita tidak bisa kemukakan karena tidak punya waktu.
Inilah gambaran yang umum dipakai untuk mengungkapkan bangsa-bangsa besar yang violent, membunuh, menindas, yaitu dengan memakai binatang-binatang buas. Kita tidak perlu heran akan hal ini, karena bahkan bangsa-bangsa itu sendiri sering kali memakai lambang-lambang binatang buas untuk mewakili dirinya. Gambaran binatang yang pertama tadi singa, lalu beruang, berikutnya macan tutul bersayap. Dan, Saudara tentu tahu Rusia pakai simbol beruang, di lantai Oval Office di White House Amerika ada gambar elang –binatang buas, pemakan daging– seragam timnas bola Inggris bukan the three dogs, bukan the three rabbits, tapi the three lions –singa. Jadi hal seperti ini tidaklah aneh, bukan sesuatu yang cuma ada di Alkitab. Merupakan sesuatu yang sepertinya instingtual bagi banyak bangsa-bangsa besar untuk mengambil lambang binatang-binatang buas seperti ini. Dalam kasus Yesaya, Babilonia digambarkan sebagai singa; dan di bagian ini ada singa, beruang, macan tutul bersayap, lalu binatang keempat yang kita sebut superbeast saja, binatang yang super buas.
Sekarang kita mau melihat simbol yang kedua, berhubung superbeast ini digambarkan lain dengan yang lain karena dia punya sepuluh tanduk di kepalanya. Tanduk, ini simbol yang kedua. Tanduk pun gambaran yang sangat sering muncul di Alkitab, khususnya kitab para nabi. Bagi masyarakat agraris Yahudi zaman itu yang hidup dekat dengan binatang-binatang bertanduk, mereka peka sekali akan makna tanduk. Tanduk adalah lambang kekuatan seekor binatang. Jadi, sementara binatang melambangkan kerajaan, tanduk melambangkan kekuasaan mereka, kemampuan mereka untuk menghajar, membunuh, dsb. (power).
Tanduk bukan cuma bicara soal kuasa, karena kalau seekor binatang bertanduk menyerudukmu, maka apa yang paling depan, yang duluan, yang memimpin binatang tersebut? Tanduknya. Tanduk sering kali juga dimengerti sebagai lambang dari para pemimpin bangsa-bangsa, raja-raja dari kerajaan-kerajaan besar tersebut. Contoh lainnya masih banyak di Alkitab. Di kitab Mazmur ada ‘aku mengangkat tanduk kekuasaan’, dst. Ketika para raja di Alkitab diurapi, mereka diurapi menggunakan minyak yang disimpan dalam tanduk binatang. Ini bukan kebetulan. Tanduk binatang juga dipakai menjadi sangkakala; sangkakala digunakan untuk memimpin, memberi aba-aba, menggerakkan tentara-tentara pada zaman itu. Jadi waktu tadi dikatakan tanduk-tanduk itu bisa bicara-lah, punya mata-lah, ini bukan gambaran film horor, ini sangat masuk akal dalam imajinasi orang pada waktu itu, karena tanduk-tanduk itu melambangkan para raja.
Jadi dalam bagian pertama ini, saya mau mengutarakan bahwa memang ini mimpi yang aneh, tapi kita perlu menyadari bagi para pembaca pertama Alkitab, mimpi ini tidak sampai seaneh itu. Ada pengharapan koq –perlu pengharapan untuk bisa hidup– untuk kita bisa mengerti bagian-bagian ini dengan penafsiran yang waras, yang grounded, proper, bertanggung jawab. Membaca kisah-kisah ini, tidak harus kita cuma dapat penafsiran yang bombastis sensasionalis seperti yang biasa kita dengar. Ada caranya, Saudara, don’t worry about it.
Ayat 9-10
Ayat 9: Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya (The Ancient of Days) … Ini gambaran yang sangat jelas menunjuk kepada Allah yang dari kekal sampai kekal, maka dikatakan ‘yang lanjut usia’. Selanjutnya: pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Pakaian putih jelas melambangkan kemurnian. Rambut bersih seperti bulu domba di sini terjemahan yang kurang tepat, sebenarnya adalah ‘rambutnya putih seperti bulu domba’, dan ini berarti ubanan, ubannya total semua. Uban dalam gambaran Alkitab bukan sesuatu yang perlu dicat seperti orang zaman sekarang; kalau Saudara membaca Amsal, uban justru mahkota bagi kepala orang yang didapatkan pada usia tua, karena uban melambangkan bijaksana. Jadi dalam bagian ini, inilah Allah yang murni dan bijaksana. Tidak sebegitu susahnya ‘kan untuk mengerti hal ini.
Berikutnya: Takhta-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar. Kenapa takhta bisa punya roda? Karena pada zaman itu adalah lumrah para raja menaruh takhta mereka di kereta perang, seperti juga Batman punya batmobile –kira-kira seperti itu– dan di sini Allah juga digambarkan demikian. Yang menarik, kata ‘nyala api’ di situ sesungguhnya pakai istilah ‘tanduk’. Kalau Saudara lihat nyala api, itu seperti tanduk; dan dalam bahasa aslinya pakai istilah ‘tanduk api’, maka ini juga mengungkapkan kuasa dari Allah. Allah ini bukan cuma murni, Dia Allah yang bijaksana dan Dia berkuasa. Waktu berikutnya Saudara membaca ‘Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab’, ini adalah suatu setting judgement day (hari penghakiman). Ini berarti gambaran seorang Raja yang akan menghakimi, dan penghakimannya bisa kita percaya karena Dia cukup murni untuk bisa memilih apa yang benar, Dia cukup bijaksana untuk menentukan apa yang tepat, Dia juga punya kuasa untuk menjalankan apa yang Dia putuskan. Ini raja/hakim yang sangat ideal. Tidak sulit untuk melihat hal tersebut di bagian ini.
Juga ada satu catatan yang menarik di ayat 10, yaitu dikatakan ‘seribu kali beribu-ribu melayani Dia, berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya’. Dalam bahasa aslinya lebih precise angkanya, dikatakan: ‘sepuluh ribu kali sepuluh ribu menyembahnya’; dan 10.000 x 10.000 = 100 juta. Ini angka yang mungkin kita rasa tidak gede-gede amat karena populasi dunia hari ini sekitar 7 miliar, jadi 100 juta apalah artinya, negara kecil, Indonesia saja hampir dua kali lipat lebih banyak. Tapi kalau Saudara riset estimasi populasi global dunia pada zaman Nebukadnezar/Belsyazar (zaman The Neo Babylonian Empire), Saudara menemukan batas atasnya 110 juta, mirip dengan gambaran di sini yang 100 juta. Ini berarti dalam bahasa mimpi tersebut yang mau diceritakan bukan angka 100 juta. melainkan bahwa seluruh dunia menyembah Raja ini, seluruh dunia berdiri di hadapan-Nya.
Ayat 11-14
Pertama-tama Saudara melihat nasib para binatang tadi, mereka dibunuh, dibinasakan, dibakar. Ada juga yang tidak dibunuh, tapi jangka hidup mereka ditentukan waktunya, tidak selama-lamanya, ada set amount of time, sudah fixed, tidak bisa diubah.
Berikutnya ada tokoh baru dalam penglihatan ini. Keempat binatang tadi mewakili empat bagian patung dalam mimpi Nebukadnezar, yang kemudian ada satu batu menghancurkan patung tersebut; peran batu inilah peran tokoh misterius tersebut, tokoh anak manusia. Anak manusia dalam istilah Ibrani, simply berarti manusia, salah satu dari manusia, jadi tidak usah terlalu pikir aneh-aneh mengenai hal itu; dan sesungguhnya the ordinariness dari pengertian seperti ini ada maknanya, yang nanti kita akan lihat. Dalam kitab Imamat, ada perintah untuk mengorbankan seekor anak kambing (son of the goat), dan itu simply berarti kambing; anak kambing berarti kambing, setipe. Ini kayak kita bilang, “Lu anak setan!” berarti kita mengatakan ‘kamu itu setipe dengan setan’. Kira-kira seperti itu. Jadi, anak manusia di bagian ini berarti seorang manusia, yang mewakili manusia sebagai manusia yang utuh.
Apa yang terjadi dengan manusia ini? Dia datang dengan awan-awan kepada Allah. Satu poin yang penting, jangan salah arah di sini. Kalau kita melihat ayat tadi dalam terjemahan bahasa Indonesia, ‘tampak datang dengan awan-awan dari langit’, kita sering kali berasumsi kalau orang datang dengan awan-awan dari langit berarti arahnya turun ke bawah, ke bumi; tapi itu salah baca. Ada satu cabang penafsiran Alkitab mengenai teologi akhir zaman yang begitu populer, yang semuanya salah baca karena didasari salah baca bagian ini. Di sini sebenarnya arahnya bukan turun, tapi naik, karena anak manusia ini datang kepada Yang Lanjut Usianya itu, kepada Allah, dibawa ke hadapan-Nya. Dia sebenarnya naik ke surga, ke hadapan Allah, bukan turun.
Ayat 14: Kepadanya diberikan kekuasaan dan kemuliaan, serta kedudukan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya kerajaan yang tidak akan musnah. Mimpi Daniel berakhir di sini. Jadi flow ceritanya adalah: ada binatang-binatang buas yang berkulminasi pada superbeast, dengan tanduk yang meninggikan diri di hadapan Tuhan, tapi Tuhan datang sebagai raja yang membawa penghakiman, menghancurkan superbeast itu. Lalu kita menemukan tokoh anak manusia ini, bagian dari manusia-manusia yang telah terinjak-injak dan termakan oleh binatang-binatang buas itu, namun Allah si anak manusia ini meninggikan dia untuk ikut ambil bagian dalam pemerintahan-Nya, maka semua bangsa-bangsa menyembah anak manusia ini dan kerajaannya tidak berakhir. Itu mimpinya.
BAGIAN KEDUA
Ayat 15-18
Ayat 15: Aku, Daniel, merasa resah, dan penglihatan-penglihatan yang kulihat itu menggelisahkan aku. Kita juga di sini merasa resah dan bingung setengah mati apa artinya mimpi ini. Selanjutnya, interpretasi dari seorang tokoh dalam mimpi tersebut, kemungkinan besar seorang malaikat. Penafsirannya apa? Ayat 17: Empat binatang besar itu empat raja yang akan muncul dari dalam bumi. Jadi penafsiran kita dari tadi, yang berdasarkan gambaran Alkitab di tempat lain, tidak beda, bahwa memang binatang dan tanduk adalah cara umum dalam Alkitab mengungkapkan mengenai kerajaan dunia dan raja-rajanya. Tetapi, anak manusia di sini mewakili apa/siapa? Umat Allah, orang-orang kudus milik Allah (ayat 18).
“Wait, wait, wait … saya pikir itu Yesus, Pak”. Tentu saja kalau Saudara pernah Sekolah Minggu, radar Saudara akan ‘beep, beep, beep’, waktu baca bagian ini. Itu intuisi yang tidak salah, don’t worry, tapi tunggu sebentar, kita jangan cepat-cepat lompat ke Perjanjian Baru –nanti kita tentu akan ke sana– kita hold dulu diri kita di sini.
Penafsiran di ayat 18 mengatakan anak manusia itu mewakili umat Allah. Ini penting banget, karena di manakah di Alkitab, Saudara pernah membaca kisah-kisah umat Allah yang kudus, yang diinjak-injak, ditelan oleh binatang-binatang buas yang adalah kerajaan-kerajaan dunia, tapi Allah lalu menyelamatkan dan meninggikan mereka di posisi yang tinggi sehingga orang-orang lain mau tidak mau harus mengakui mereka, in some sense bukan menyembah tapi paling tidak memberikan respek? Ya, di enam pasal sebelumnya ‘kan, itu sebabnya tadi saya me-recap pasal 1, 2, 3, 4, 5, 6. Ada atau tidak kisah umat Allah yang dilempar kepada binatang-binatang buas? Ada, persis sebelum pasal ini, binatang buasnya singa. Saudara mulai menangkap hal ini? Jadi, bagian stories dan bagian visions ini, kita tidak boleh ceraikan.
Pasal 1-6, bagian stories, simply adalah contoh-contoh naratif, kisah-kisah mengenai yang sedang digambarkan dalam mimpi di pasal 7. Ini bukan kitab yang beda, maka ini bicara hal yang sama, hanya saja melalui cara yang berbeda. Ini menceritakan umat Allah, orang-orang kudus sepanjang sejarah sebagai minoritas, yang ditekan dan dianiaya oleh kerajaan-kerajaan dunia. Dan, kita wonder bersama dengan Daniel, mau sampai kapan?? Itu sebabnya mimpi ini muncul. Ini mengenai Babilonia, kerajaan-kerajaan dunia yang menindas umat manusia namun tidak akan bertahan selama-lamanya, Allah telah men-set waktunya, akan datang hari penghakiman, hari keadilan. Sekali lagi, judgement day dalam Alkitab adalah good news, bukan bad news (kalau bad news, itu versinya Hollywood). Ini adalah harinya Tuhan menghancurkan binatang-binatang buas itu, menyelamatkan umat-Nya, memulihkan mereka, mem-vindicate mereka, mengangkat mereka berbagian dalam pemerintahan-Nya. Demikian mimpinya.
Kita akan lihat lebih jelas lagi dalam hal kenapa umat Allah di sini digambarkan sebagai anak manusia, bukan disebut anak-anak Allah; dan kenapa kerajaan-kerajaan dunia digambarkan sebagai binatang —binatang versus manusia. Saudara, di mana dalam Alkitab Saudara melihat binatang versus manusia? Halaman 1 dan 2 ‘kan. Allah pada awalnya menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa-Nya, untuk ngapain? Sekali lagi, menjadi gambar rupa Allah jangan kita pikirnya cuma inward, urusan apa yang kita punya –rasio, kekudusan, kehendak– juga jangan cuma melihatnya urusan ‘I and Thou’ (saya dengan Tuhan) bahwa saya ada mirip-miripnya dengan Allah. Kita sudah mengulang-ulang ini dalam khotbah di GRII Kelapa Gading, yaitu soal kaca spion, supaya setiap kali Saudara ketemu istilah imago Dei, Saudara ingat kaca spion; dan kaca spion selalu melibatkan tiga pihak. Menjadi gambar dan rupa Allah, itu urusan tiga pihak: Allah, saya, dan alam ciptaan ini. Menjadi gambar dan rupa Allah dalam Kejadian 1 dan 2 jelas sekali peran utamanya ngapain? Memerintah, mewakili Allah, bersama dengan Allah di dunia ini. Di atas siapa? Para binatang ‘kan; berkuasa atas binatang-binatang di darat, di udara, ikan-ikan di laut. Itu sebabnya kalau kita peka dengan bahasa-bahasa Alkitab, mimpi Daniel ini tidak sebegitu anehnya. Kita tahu juga cerita selanjutnya dalam Kejadian, manusia memberontak dari posisi kaca spion, manusia tidak kepingin memantulkan Allah, manusia ingin jadi yang dipantulkan, menentukan bagi mereka sendiri apa yang baik dan apa yang jahat, mereka meninggikan diri di hadapan Allah. Ironinya, ketika manusia mengangkat dirinya ke atas ke level Allah, mereka justru jatuh menjadi binatang (Daniel 4), menjadi binatang liar/buas yang eksis hanya untuk menerkam dan menginjak-injak. Ini terjadi dalam skala individual –Nebukadnezar di pasal 4– tapi juga skala global sebagaimana kerajaan-kerajaan dunia di pasal 7. Jadi make sense penggambarannya pakai gambaran-gambaran seperti itu.
Coba Saudara pikir, apa sih bedanya manusia dengan binatang? Di satu sisi, miripnya justru banyak banget. Binatang, hidupnya murni berdasarkan insting, OS yang dipakai binatang adalah insting, intuisi. Kita kagum akan hal ini, binatang-binatang sejak lahir sudah tahu harus ngapain tanpa harus diajarkan, burung-burung bisa navigasi ribuan kilometer tanpa kompas. Itu intuisi binatang. Saudara tidak perlu mengajarkan macan tutul cari pasangan, mereka akan cari sendiri, bereproduksi sendiri, membesarkan bayi-bayi macan sendiri. Itu sudah ‘dari sononya’, demikian kita katakan. Itu insting, impuls. Kalau kita berhadapan dengan macan yang kelaparan, ya good luck, Saudara tidak bisa ajak mereka diskusi/negosiasi.
Saya pernah dengar cerita Pak Jadi negosiasi dengan perampok, keren banget. Waktu turun di suatu tempat, Pak Jadi dirampok/dipalak, lalu dia perlihatkan dompetnya cuma ada 2.000 rupiah, dia mengatakan: “Mas, saya perlu 1.500 buat pulang naik bus”, maka orang itu ambil uangnya lalu berikan kembaliannya –kira-kira begitu. Saya waktu kecil pernah naik sepeda lalu ditodong anak-anak kampung, mereka tanya apa saya punya duit, saya bilang, “Tidak punya”, lalu mereka pergi; dan ceritanya berhenti di situ. Anyway, itulah manusia, manusia bisa diajak nogosiasi. Ada something yang lebih dari binatang. Di satu sisi, kita ada kemiripan dengan binatang; dan memang Alkitab memberikan dasar mengenai hal itu, kita sama-sama diciptakan, kita dan binatang-binatang darat dicipta pada hari yang sama, kita pada awalnya diberikan makanan yang sama dengan binatang. Inilah bahasa Alkitab, menunjukkan bahwa kita dan dunia binatang memang ada kemiripan, ada relasi. Itu sebabnya sebagai orang Kristen tidak usah heran Charles Darwin mengeluarkan teori Evolusi, karena memang secara permukaan koneksinya cukup jelas, bahkan secara DNA juga jelas. Banyak aspek hidup kita yang juga berjalan atas dasar insting dan impuls. Kita lapar, tidak usah disuruh makan pun akan makan, kecuali mungkin anak-anak balita. Anak bayi waktu lapar, dia tidak minta izin dulu langsung tarik baju mamanya, tidak perlu diajarin. Waktu kita remaja atau pemuda, tidak usah disuruh cari jodoh pun kita akan cari.
Namun Alkitab tentu saja tidak berhenti di situ, Alkitab juga menceritakan bahwa manusia punya something more yang melampaui binatang. Bahkan yang membuat kita bisa mengatakan manusia itu ‘manusiawi’, adalah ketika manusia bisa mengendalikan impuls mereka, menahan insting mereka, melampaui apa yang instingtif dan intuitif. Manusia yang hidup tidak cuma untuk memuaskan nafsu diri, tapi mulai belajar menghidupi hidup yang bagi orang lain, itulah manusia yang manusiawi, manusia yang dewasa, yang utuh kemanusiaannya –anak manusia. Jadi, bisa punya hal ini dan itu yang saya rasa butuh banget tapi saya bisa menahan diri supaya saya bisa jadi berkat bagi orang lain, itu adalah gambaran Alkitab, visi Alkitab mengenai manusia.
Sejujurnya, gambaran seperti ini tidak beda-beda amat dengan apa yang semua manusia tahu secara hati nurani. Kita semua sebenarnya tahu bahwa kita lebih dari sekadar nafsu, hasrat, dan selera kita. Kita tahu bahwa ada aspek ‘binatang’ dalam hidup kita, namun kita juga tahu bahwa kita dipanggil tidak hanya untuk itu, kita dipanggil untuk melebihi/melampaui itu. Itu sebabnya dalam kacamata Alkitab, manusia hidup dalam dua realm ini, dua ketegangan, dua dunia, mengenai apakah manusia ini akan bertumbuh jadi manusia dewasa sebagaimana Tuhan memanggil kita, atau manusia ini jatuh, regresi, menjadi level binatang tok. Di sinilah Saudara sekali lagi menyadari sebabnya mimpi dalam Daniel pasal 7 memakai lambang binatang buas versus anak manusia.
Dalam kacamata Daniel 7, rentetan kerajaan-kerajaan dunia selalu ujungnya menjadi binatang buas. Ini semacam prinsip universal dalam sejarah manusia. Manusia berkumpul dengan manusia-manusia lain, mereka membentuk suatu kerajaan, lalu ada sebagian manusia dalam kerajaan ini yang ditaruh di atas manusia-manusia lain itu untuk mengatur mereka. Selanjutnya, manusia-manusia yang di atas mulai berpikir mereka lebih dari sekadar manusia, merekalah yang menentukan apa yang baik dan benar, lalu mereka meninggikan diri di hadapan Allah, entah karena ada modal, seperti Nebukadnezar, ataupun tidak ada modal, seperti Belsyazar. Ketika ini terjadi, mereka mulai memaksakan nafsu mereka, hasrat mereka, selera mereka, di atas orang lain; mereka mengorbankan kepentingan orang lain demi kepentingan diri sendiri. Inilah ironi yang mimpi Daniel bongkarkan bagi kita, bahwa ketika manusia menjadi seperti itu, mereka telah menjadi binatang-binatang buas, tidak heran mereka sendiri akhirnya mengambil binatang-binatang tersebut sebagai lambang diri mereka.
Saudara jadi melihat di sini, kenapa figur ‘anak manusia’ dipakai melambangkan umat kudus Allah? Karena mereka sungguh sucikah? Karena mereka rajin baca Alkitab, tidak pernah bolos Kebaktian? Setiap tahun mereka baca Alkitab dari depan sampai belakang empat kali? Bukan. Mereka dipakaikan lambang anak manusia –bukan anak surga–karena mereka simply manusia, umat yang bertahan setia mengakui Allah sebagai Raja alam semesta; lewat hidupnya, mereka menjalani yang namanya menjadi anak manusia yang utuh, yang manusiawi, sebagaimana visinya Allah mengenai manusia. Manusia yang hidup bagi orang lain. Manusia yang hidup melayani dunia ini namun bukan berasal dari dunia ini. Manusia yang hidup bukan untuk mengisi hasrat dan nafsunya tok, tapi demi menjadi berkat bagi orang lain, bahkan bagi kerajaan-kerajaan yang sedang menginjak-injak dan menelan mereka. Itulah manusia, itulah anak manusia.
Mimpi ini mengatakan mengenai apa yang bisa jadi kekuatanmu untuk terus bertahan setia sebagai manusia yang manusiawi di tengah-tengah kerajaan-kerajaan binatang buas, yaitu: ketahuilah, mereka tidak akan menginjak-injakmu selama-lamanya. Mereka boleh saja menghinamu sementara engkau melayani mereka, namun pada akhirnya suatu hari nanti akan nyata siapa yang benar dan siapa yang salah –vindication. Hari ini mereka pikir merekalah manusianya dan engkau binatang-binatang peliharaannya, karena mereka berkuasa atasmu dan engkau melayani mereka, tapi akan tiba saatnya bahwa justru karena engkau telah melayani, justru karena engkau hidup bagi orang lain –bagi mereka–maka terbukti engkaulah yang sungguh-sungguh manusia. Mereka yang hanya bisa dilayani, yang hanya bisa mengorbankan orang lain, yang hanya bisa mengejar nafsu dan hasrat sendiri, mereka itu yang binatang. Tuhan tidak akan biarkan yang terbalik terjadi selama-lamanya. Kalau Saudara sebagai Daniel, ini good news, ini bukan nightmare.
Namun Daniel belum puas, dia melanjutkan pertanyaannya; kita masuk ke bagian yang ketiga.
BAGIAN KETIGA
Ayat 19-28
Ayat 19-22: Aku ingin mendapat penjelasan tentang binatang keempat yang berbeda dari segala binatang yang lain … aku melihat tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka, sampai Yang Lanjut Usianya itu datang, dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya tiba orang-orang kudus itu memegang pemerintahan. Ini adalah rehash/recap dari ceritanya. Selanjutnya ayat 22-24 adalah penjelasannya. Raja di bagian ini adalah raja yang terakhir, raja yang lain banget, dan ini raja yang paling bengis; dikatakan di ayat 25: Ia akan mengucapkan kata-kata yang menentang Yang Mahatinggi, menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi, dan berusaha mengubah waktu dan hukum. Mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. Kalimat yang terakhir ini simply maksudnya tidak selama-lamanya, waktunya sudah ditentukan, dan tidak akan berubah. Ayat 26-27: Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaannya akan dicabut untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap. Pemerintahan, kekuasaan, dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi. Pemerintahan mereka pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka. Ini figur anak manusia.
Di sini Saudara melihat seluruh ceritanya diulang lagi tapi dengan lebih detail, khususnya mengenai raja yang keempat, raja yang lain sendiri, yang lebih bengis dari yang sebelum-sebelumnya. Bagian ini akan kita pakai untuk bertanya pertanyaan yang terakhir. Tadi kita sudah bicarakan makna mimpi ini apa, dan ternyata tidak sebegitu sudah/anehnya kalau mengerti dan peka Alkitab. Tapi itu mimpi bagi Daniel, sedangkan apa maknanya bagi kita? Ini good news bagi Daniel, tapi good news bagi kita atau tidak? Ini yang jadi pertanyaan yang terakhir.
Waktu orang berusaha mencari makna mimpi Daniel 7 ini bagi kita, dalam sejarah penafsiran Alkitab ini merupakan salah satu yang paling banyak perdebatannya. Pada dasarnya kita bisa sederhanakan jadi dua kamp utama.
Kamp pertama –yang isinya pasti ada anak-anak Tuhan yang baik dan kita respek– menafsirkan Daniel 7 ini bicara mengenai masa depan, sesuatu yang bahkan pada zaman kita hari ini belum terjadi. Ini mengenai suatu rentetan peristiwa yang terjadi suatu hari nanti, di Yerusalem, menjelang kedatangan Yesus yang kedua kali. Akan bangkitnya seorang raja –raja yang paling bengis yang dikatakan terakhir tadi—dia akan melawan Allah, dia itulah yang nantinya dalam kitab Wahyu dinamakan Anti-Kristus; berikutnya akan ada berbagai peperangan, penganiayaan, dst. Kalau Saudara familier dengan seri buku seperti Life Behind, kira-kira lensa yang dipakai di buku itu mirip seperti ini, bahwa Daniel 7 bicara mengenai sesuatu di masa depan yang belum terjadi hari ini. Penafsiran seperti ini biasa dinakmakan penafsiran dari Kamp Futuris.
Kamp kedua –yang pastinya juga banyak anak-anak Tuhan di sana, yang meneliti dengan bertanggung jawab– menyimpulkan bahwa raja ini dan itu, kerajaan ini dan itu, serta kejadian-kejadian dalam mimpi Daniel 7 ini sudah terjadi di belakang, digenapi kira-kira sejak Daniel hidup sampai dengan 150 tahun sebelum Yesus lahir di Betlehem. Mereka melihat kerajaan yang pertama adalah Babilonia; itu cukup jelas karena kalau kita lihat paralelnya di pasal 2, kerajaan pertama yang kepala emas itu Nebukadnezar. Di bagian ini kita juga melihat singa itu dicabut sayapnya, artinya direndahkan, tapi lalu diberikan hati seperti manusia, mirip cerita Nebukadnezar yang direndahkan lalu dipulihkan dalam Daniel pasal 4. Kerajaan berikutnya yang beruang, sepertinya Media-Persia, karena beruang itu badannya tidak simetris, yang sebelah lebih tinggi daripada yang lain, dan Media-Persia memang dua kerajaan menjadi satu dan salah satunya lebih besar daripada yang lain (awalnya Media yang lebih besar, tapi kemudian Persia jadi lebih besar lalu menelan Media, menjadi Kekaisaran Achaemenid). Kerajaan ketiga, yang bergerak cepat, adalah Kerajaan Yunani di bawah Alexander the Great. Memang benar ini kerajaan yang gerak cepatnya tidak kira-kira, daerah yang ditaklukkan tidak kira-kira luasnya dari India sampai Yunani, sangat gerak cepat, dan actually Alexander mati cepat juga. Setelah itu, ada empat kerajaan yang terpecah-pecah, dan kerajaan yang terakhir kemungkinan Kerajaan Seleucid di bawah Antiokhus Epifanes IV raja terakhirnya, raja bengis yang benar-benar keji, yang pada tahun 160 SM datang menaklukkan Yerusalem, melarang Yudaisme, menghentikan sistem kurban –mengganti waktu dan hukum sebagaimana kita tadi baca, maksudnya mengganti kalender dan hukum– bahkan menaruh patung-patung berhala di Bait Suci, mempersembahkan babi di mezbah Bait Suci, membunuh banyak orang Yahudi di pelataran Bait Suci. Ini salah satu masa orang Yahudi paling terpuruk karena mereka dianiaya di kotanya sendiri, di Bait Suci mereka sendiri. Ada sedikit variasi dalam kamp yang kedua ini, tokoh raja yang bengis itu bisa juga dikatakan adalah Hetrodes, karena dia raja yang memerintah dalam momen Yesus datang ke dunia. Demikian juga ada varias-variasi yang lain, namun kesatuan dari kamp kedua ini adalah keyakinan bahwa semua yang dibicarakan Daniel 7 sudah terjadi. Ini kamp penafsiran yang dinamakan Kamp Preteris.
Yang mana yang benar? Ini pertanyaan yang mau tidak mau muncul ketika membahas kitab Daniel, berhubung perdebatannya di mana-mana, begitu banyak pendapat yang berbeda dengan argumen-argumen yang cukup meyakinkan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, yang hari ini saya akan bawakan adalah pandangan ketiga, yang sejauh ini saya rasa paling bertanggung jawab. Kenapa bertanggung jawab? Menurut saya bukan karena pandangan ini paling akurat, paling jelas memetakan detail-detail dalam mimpi tadi pada peristiwa sejarah yang mana, dsb. Bukan itu; itu tidak terlalu penting menurut saya. Lalu kenapa saya pegang pandangan yang ketiga ini? Karena ini basically pandangan Kristiani. Maksudnya apa? Bahwa ini pandangan yang Kristen sementara yang lainnya bukan? Tidak. Ini pandangan Kristiani dalam arti pandangan ini berusaha membaca Daniel 7 dari perspektif Yesus Kristus, bagaimana Yesus mengerti Daniel 7, bagaimana Yesus memakai Daniel 7.
Saudara perlu tahu, Yesus sendiri ada sedikit obsesi dengan Daniel 7, Dia mengutip bagian ini berkali-kali sepanjang kitab Injil. Lebih daripada itu, kita sekarang menyebut Yesus sebagai Kristus –Kristus adalah terjemahan Yunani dari Mesias, titel rajawi—dan ketika orang memanggil Yesus dengan nama Kristus, Yesus tidak menolak, tetapi ketika Yesus membicarakan diri-Nya sendiri, Dia tidak pernah pakai istilah Mesias atau Christos (ini trivia Alkitab yang banyak orang Kristen tidak tahu); titel yang Yesus pakai ketika menyebut diri-Nya adalah Anak Manusia –Daniel pasal 7.
Di sini saya ingin mengajak Saudara melihat bagaimana Yesus menggunakan Daniel 7, dan tadi itu salah satu contohnya, yang signifikan untuk kita mengerti dan melihat bagaimana Yesus membaca dan memahami Daniel 7. Kita akan melihat Matius 26, setelah Yesus ditangkap, Dia dihadapkan kepada petinggi-petinggi Yahudi. Ayat 57: Orang-orang yang telah menangkap Yesus membawa-Nya menghadap Kayafas, Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Ayat 59: Imam-imam kepala dan seluruh anggota Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu melawan Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati. Saudara lihat, semua orang penting dalam Yudaisme –pejabat-pejabat tinggi, para sarjana Alkitab, pemimpin Bait Suci, bukan cuma institusi agama tapi juga institusi politik, seperti misalnya orang-orang istana, MPR, DPR, para ulama, PGI, bhikku-bhikku– berkumpul jadi satu untuk menjatuhkan satu orang. Lalu orang yang paling berkuasa di tengah-tengah kumpulan ini, yaitu Kayafas, Imam Besar, berdiri. Yesus berdiri di hadapannya, Dia tahu mereka akan mengeksekusi mati Dia karena alasan yang tidak sah, mereka mencari kesaksian palsu, karena tidak punya alasan yang sejati.
Ceritanya berlanjut. Ayat 63: Lalu kata Imam Besar kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami apakah Engkau Mesias, Anak Allah.” Yesus tidak menolak ini, jawab Yesus, “Engkau sendiri telah mengatakannya”, jawaban yang pintar banget, sangat misterius. Namun berikutnya Yesus sedikit mengklarifikasi titel ini: “Akan tetapi, Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Maha Kuasa dan datang di atas awan-awan di langit” –Daniel pasal 7.
Dalam hal ini saya harus pinjam ilustrasi dari Tim Mackie dari Bible Project, mengenai tokoh dalam seri cerita film franchise Star Wars, entah analogi ini seberapa kenanya berhubung orang Indonesia katanya tidak terlalu demen Star Wars, namun setidaknya semua tahu film ini. Darth Vader tokoh jahatnya dalam seri tersebut, tokoh baiknya seorang pemuda bernama Luke Skywalker. Luke dilatih jadi pendekar oleh gurunya, Obi-Wan Kenobi, yang dulu teman baik Vader sebelum Vader berubah jadi jahat. Kenapa Luke dilatih? Karena ayah Luke mati di tangan Darth Vader, begitulah kata Obi-Wan Kenobi. Di akhir film pertama, Luke tidak sempat berhadapan langsung dengan Vader, Obi-Wan yang akhirnya berhadapan dengan Vader lalu mati di tangannya. Di film kedua, setelah berlatih dan menambah ilmu, akhirnya Luke berhadapan langsung dengan Vader. Mereka berduel, dan ujungnya Luke kalah. Dalam momen kalah ini muncullah klimaks plot twist dalam film kedua ini, ayah Luke ternyata bukan mati di tangan Vader sebagaimana dikatakan Obi-Wan, Vader itulah ayah Luke. Kalimat ikonik dalam Star Wars adalah ketika Vader mengatakan kepada Luke yang sudah sekarat itu: “No, I am your father”. Di situ kita sebagai penonton kaget habis-habisan, ternyata si tokoh paling jahat dan si tokoh paling baik, jagoannya, adalah bapak dan anak, tapi kemudian jadi sadar juga karena namanya Darth Vader –father.
Saudara lihat, ini adegan yang super ikonik dalam cerita Star Wars, kalimat Vader “I am your father” itu. Sekarang bayangkan Saudara datang ke fan’s club-nya Star Wars, orang-orang yang sudah nonton entah berapa juta kali, hafal adegan-adegannya, senantiasa memperdebatkan detail-detail dalam film tersebut, dan Saudara datang pakai baju atau topengnya Darth Vader sambil mengayun-ayunkan lightsaber merah. Orang-orang di situ akan langsung menangkap bahwa Saudara sedang memerankan siapa, tidak perlu dijelaskan sama sekali. Lalu, di tengah-tengah kumpulan fan’s club Star Wars itu, Saudara dengan topeng Darth Vader mengayun-ayunkan lightsaber merah menunjuk kepada seseorang dengan mengatakan, “I am your father”, maka semua dari mereka menangkap maksudnya, bukan bahwa kita benar-benar bapaknya dia, tapi bahwa kita menempatkan diri pada posisi Darth Vader dan menganggap orang yang kita tunjuk tadi memerankan Luke Skywalker. Semua orang dalam fans club tersebut langsung menangkap, tidak perlu dijelaskan apa-apa, simply langsung ngeh.
Yesus dalam ruang pengadilan, berada dalam semacam perkumpulan fan’s club Yudaisme, fan’s club Perjanjian Lama. Semua orang dalam ruangan itu sudah entah berapa ratus kali baca Alkitab, mereka hafal Alkitab, kerjanya senantiasa memperdebatkan detail-detail Alkitab. Mereka juga pasti banyak perdebatan mengenai siapa sesungguhnya yang disebut sebagai binatang-binatang buas, tanduk yang menyombong, anak manusia, dalam Daniel 7. Mereka juga pasti ada banyak pendapat yang berlainan. Para pemimpin Israel itu hendak menghukum mati Yesus oleh karena tuduhan palsu, simply karena Dia memimpin suatu gerakan baru bernama Kerajaan Allah. Yang Dia lakukan simply menjadi manusia seutuhnya. Dia mendeklarasikan bahwa yang sungguh memegang kuasa atas dunia ini adalah Allah, maka Dia hidup bukan untuk nafsunya sendiri, Dia hidup bagi orang lain, Dia menyembuhkan yang sakit, memberitakan kabar baik bagi orang miskin, Dia mengundang orang masuk ke dalam kebahagiaan Kerajaan Allah; dan oleh karena inilah para pemimpin tersebut akan mengeksekusi Dia. Lalu Yesus berdiri, di hadapan mereka Yesus mendeklarasikan: momen ketika engkau memvonis-Ku mati ini, adalah momen di mana Anak Manusia dimuliakan, di-vindicate, dibuktikan benar, di mana Dia diajak naik dan diundang masuk memerintah bersama dengan Allah. Saudara menangkap apa yang terjadi? Mereka semua nangkep bahwa Yesus sedang menaruh diri-Nya dalam peran anak manusia di Daniel 7, bahwa Dialah penggenapan sejati dari perwakilan umat Allah (orang-orang kudus Allah), yang tetap bertahan setia kepada Allah meskipun dianiaya, diterkam, dibunuh, diinjak-injak oleh kerajaan dunia. Dan, jika Yesus mengklaim diri-Nya memerankan peran ‘anak manusia’ sebagaimana Dia katakan kepada Kayafas, maka siapa itu Kayafas? Kayafas itu super beast-nya.
Yesus, di hadapan semua orang fan’s club Yudaisme itu telah menganggap Kayafas dan mereka semua sebagai binatang yang paling buas itu. Bukan Herodes, bukan kaisar Roma, melainkan Kayafas, Imam Besar, yang mewakili Bait Suci, di kota Yerusalem, kota Daud, kota Allah! Ini plot twist-nya. Daniel pasal 7 dalam lensa Yesus, Yesus tidak melihatnya sekadar urusan apa yang terjadi di belakang 150 tahun sebelum Yesus atau sesuatu yang masih akan terjadi di masa depan setelah kita semua. Daniel pasal 7 tidak merujuk pada satu peristiwa singular yang pernah terjadi atau akan terjadi; super beast ini adalah sebuah jubah/mantel yang dikenakan manusia dan kerajaan-kerajaan manusia sepanjang zaman. Inilah yang dalam teologi Biblika dinamakan tipologi. Jadi Saudara lihat, mimpi ini ujungnya bukan sekadar mengenai seseorang atau suatu waktu, mimpi ini merupakan suatu lensa untuk membaca waktu/sejarah. Mimpi ini bukan membicarakan sesuatu di dalam realitas, mimpi ini sebuah lensa untuk melihat realitas.
Ketika Yesus melihat Imam Besar dan Israel –yang pada waktu itu katanya merekalah umat Allah, yang dipanggil keluar dari bangsa-bangsa, dipanggil menjadi manusia-manusia yang sejati– ketika Yesus melihat mereka dan pemerintahan mereka –Bait Suci yang korup, menghalalkan segala cara untuk mengenyahkan Orang ini demi kepentingan pribadi mereka–Yesus memanggil mereka sebagai apa? Binatang-binatang buas. Namun plot twist-nya tidak berhenti di situ, karena jika Yesus adalah Anak Manusia dan mereka adalah binatang buasnya, bagaimana Yesus pada akhirnya menaklukkan mereka? Yesus mengatakan ‘momen engkau ditaklukkan adalah ketika engkau menaklukkan-Ku, momen engkau dihancurkan dan dilempar ke perapian Allah adalah momen ketika engkau menghancurkan-Ku dan melempar-Ku ke perapian Allah, momen engkau dikalahkan adalah momen ketika engkau mengalahkan-Ku dan menyalibkan-Ku di kayu salib’. Yesus menaklukkan para binatang buas dengan membiarkan binatang-binatang buas ini menerkam-Nya. Binatang buas cuma punya satu senjata: maut –kuku dan taring. Di mata Yesus –dan di mata Daniel–kasih Allah yang kekal yang menghidupkan, itu jauh lebih berkuasa dibandingkan kuasa maut kerajaan-kerajaan dunia, maka mereka bisa menghadapi beast-beast ini dan mengatakan, “Kamu cuma bisa membunuhku tok, tapi tidak pernah bisa memisahkan kasih dan kesetiaan Allah bagiku”. Yesus pun pergi ke Bukit Golgota, dan confident kematian-Nya justru cara mematikan para beast itu.
Saudara, inilah sebabnya saya pilih pandangan yang ketiga, karena inilah caranya Yesus menggunakan Daniel 7. Ini pandangan yang Kristiani, kenapa? Pertama-tama karena ini tidak membuat kita harus menolak pandangan yang pertama ataupun yang kedua. Siapa jadinya beast dan super beast ini? Antiokhus? Bisa. Herodes? Bisa juga. Nero? Bisa juga. Para crusader di abad pertengahan? Bisa. Golongan Inkuisisi? Bisa. Hitler atau Stalin? Bisa. Pemimpin-pemimpin lain di kemudian hari yang kita masih belum tahu? Bisa saja. Dalam zaman Yesus ada binatang-binatang buas seperti Kerajaan Romawi, Imam Besar Israel. Dan ujungnya kalau Saudara dan saya jujur, kita pun punya binatang-binatang buas dalam hati kita masing-masing. Inilah sebabnya pandangan ini pandangan yang Kristiani, karena pada ujungnya pandangan ini menyadari bahwa musuhnya tidak cuma di luar sana!
Pandangan ini menyadari saya cuma diselamatkan oleh karena anugerah. Pandangan ini menyadari cara Yesus menaklukkan para binatang buas dengan mati di atas kayu salib. Ia membiarkan binatang-binatang buas itu menerkam-Nya supaya Ia boleh mati demi binatang-binatang buas itu, supaya binatang-binatang buas itu –engkau dan saya yang hidup hanya menuruti nafsu kita, yang mengorbankan orang lain demi kepentingan kita ini– boleh dipulihkan menjadi manusia-manusia yang utuh di hadapan Tuhan. Inilah Daniel pasal 7. Sekarang Saudara melihat mimpi ini bukan nightmare, mimpi ini pengharapan yang sejati, yang menguatkan kita untuk hidup setia mendeklarasikan Kerajaan Kristus di atas dunia ini.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (MS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading