Hari ini perayaan ulang tahun gereja kita, dan sadar atau tidak sadar banyak dari kita hari ini mau mendengar khotbah dengan membawa ekspektasi masing-masing mengenai apa seharusnya khotbah hari ulang tahun. Saya ingin address hal ini di awal dulu, karena saya tidak ingin hal tersebut mendistraksi kita sepanjang khotbah.
Apa ekspektasi kita dalam perayaan hari ulang tahun gereja? Mungkin tidak sebegitu berbedanya dengan ekspektasi kita dalam perayaan ulang tahun kita sendiri. Kalau pada pesta ulang tahunmu tiba-tiba ada orang menegur dan mengkritik engkau, Saudara rasa aneh, koq orang ini menegur saya pada hari ulang tahun. Kita tidak expect kritikan, kita expect sebisa mungkin orang menjaga suasana pesta, banyak senyum, tidak usah cemberut-cemberut, kalau cemberut sekalian saja tidak usah datang, dsb. Dan, satu hal yang mungkin mengatasi daftar ekspektasi hari ulang tahun adalah: pada hari ulang tahun kita tidak bicara mengenai kematian. Ini menarik, karena kalau Saudara perhatikan tradisi Kalender Gereja, isinya bukan cuma Natal, Paskah, Lent, Epiphany, dsb., tapi ada juga hari-hari peringatan (remembrance) untuk orang-orang sepanjang sejarah Gereja mengingat santo-santo tertentu (kalau Saudara terganggu dengan istilah ‘santo’, bisa juga dikatakan mengingat ‘para raksasa iman’ dalam sejarah Gereja). Namun bukan itu yang menarik; yang menarik adalah tanggal-tanggal yang diambil jadi tanggal perayaannya bukanlah hari kelahiran mereka melainkan hari kematiannya. Kenapa itu yang dirayakan? Karena dalam pandangan orang di Gereja mula-mula, hari seseorang mati –dan biasanya mati karena martir– bukanlah hari kematian, melainkan birth-day, heavenly birthday, hari mereka melangkah masuk dalam ciptaan baru. Jadi, bukan saja Gereja mula-mula membicarakan kematian dalam hari ulang tahun, mereka bahkan mengambil tanggal kematian sebagai tanggal perayaan ulang tahun; dan lewat tindakan sesimpel ini ada sesuatu yang sedang diungkap dalam perayaan-perayaan ulang tahun di dalam Gereja-mula-mula. Di sini kita baru sadar, selama ini kita terbiasa melihat sebatas ulang tahun yang kelihatan, yang biasa, sedangkan mereka menyadari makna ulang tahun yang tidak kelihatan.
Itu cuma satu contoh dari ribuan contoh lain mengenai bagaimana harusnya umat Tuhan beroperasi di dunia ini. Sekali lagi, kita memang ada di dunia ini –itu salah satu message kitab Daniel– kita tidak dipanggil jadi orang-orang yang keluar, yang membuang gadget-gadget dalam kehidupan kita, atau membuang uang, tidak pakai uang lagi, atau tidak melakukan seks lagi, atau apapun; kita juga tidak dipanggil jadi orang-orang yang membuang tradisi perayaan hari ulang tahun karena kita menilai itu terlalu sekuler dsb. Tidak demikian. Kita berada, dan kita masuk di dalam dunia ini, namun pada saat yang sama kita bukan berasal dari dunia ini, apa yang kita lakukan dengan gadget-gadget kita, uang kita, seksualitas kita, itu semua bernada lain dan bermakna lain. Itu sebabnya apa yang kita lakukan dengan perayaan hari ulang tahun kita juga harusnya lain dari cara dunia menggunakan dan melihat hal-hal ini, selalu ada twist-nya. Inilah yang terus-menerus kita lihat dan bicarakan dalam kitab Daniel. Ketika Daniel dibuang ke Babel, ketika Daniel dan kawan-kawannya jadi pelayan/budak raja-raja asing, dunia melihat mereka sebagai pihak yang kalah, raja-raja asing tersebut sebagai pihak yang pegang kuasa dan kontrol, namun ternyata realitas yang tersembunyi –dan justru jauh lebih riil– malah terbalik. Lewat Daniel dan kawan-kawannya dibuang, disebar, diserap ke berbagai kerajaan asing ini, Kerajaan Allah justru sedang go international, Kerajaan Allah justru mengalami ekspansi. Kebaradaan Daniel dan kawan-kawannya –orang-orang Yehuda– di istana tersebut sering kali dianggap sebagai bukti Babilonia berjaya, Media-Persia kuat, tetapi yang Saudara lihat, kehadiran Daniel dan kawan-kawannya malah membongkar kepalsuan serta impotensi semua ilmu-ilmu Babilonia yang tertinggi, pejabat-pejabat Media-Persia yang korup, raja-raja mereka yang ujungnya sama helpless-nya dengan manusia manapun. Itulah yang kita lihat terus dalam cerita kitab Daniel.
Pengungkapan/penyingkapan ini di dalam Alkitab disebut dengan istilah sastra apokaliptik. Istilah apocalypse dalam pengertian populer adalah urusan akhir zaman, tapi istilah aslinya, apocalyptica, sama sekali bukan itu artinya. Istilah apocalupsis artinya selalu adalah menguak, mengungkap yang tadinya tidak terlihat –kadang mengenai akhir zaman, tapi tidak selalu.
Dalam kitab Daniel ada banyak hal yang diungkap, yang bukan mengenai akhir zaman. Yang diungkap adalah mengenai ekspansi Kerajaan Allah melalui kekalahan Yehuda. Yang diungkap adalah impotensi raja-raja kerajaan besar di balik yang tampaknya seperti kuasa. Yang diungkap adalah kesementaraan kerajaan-kerajaan yang rasanya seakan-akan kekal, tapi juga kekekalan Kerajaan Allah, yang sering kali kita rasa mulai saja belum. Lalu kenapa semua ini perlu diungkap? Bukan untuk kita eskapisme dari dunia ini, tapi karena dengan melihat apa yang tidak kelihatan itu justru membentuk kita jadi semakin efektif melayani di dalam dunia yang kelihatan. Menantikan kota yang akan datang, yang pendirinya adalah Tuhan sendiri, itu justru membuat kita semakin efektif melayani kota-kota dunia yang ada hari ini, seperti Daniel; dan hidup yang seperti Daniel dan kawan-kawannya itu adalah hidup yang apokaliptik.
Dalam HUT Gereja, biasa ekspektasinya kita akan membicarakan mengenai siapa itu Gereja, seperti apa Gereja, apa yang bukan Gereja, jadi inilah sebabnya dalam HUT kali ini kita akan tetap membicarakan kitab Daniel, kitab apokaliptik, karena Gereja Tuhan bukan cuma Gereja yang dikasihi tok, Gereja yang diselamatkan tok, Gereja Tuhan adalah Gereja yang apokaliptik, umat Tuhan yang dalam hidupnya dan melalui tindakan-tindakannya mengungkap yang tersembunyi, membongkar yang tidak kelihatan. Misalnya, membongkar bahwa jalan yang dunia anggap menuju hidup, ternyata malah menuju kematian, dan memperlihatkan bahwa jalan yang dunia anggap menuju kematian –misalnya hidup yang berkorban bagi orang lain– itu malah menuju kehidupan. Jadi dalam mengerti identitas kita sebagai Gereja, dalam perayaan HUT ini kita mau meneruskan pembahasan kitab Daniel, Gereja yang Apokaliptik.
Hari ini kita masuk ke pasal 8. Saya ingin memperlihatkan bagaimana gambaran dalam kitab Daniel pasal 2, pasal 7, dan pasal 8, saling berhubungan, lalu melihat apa maknanya buat kita. Sebelum masuk ke pembahasan gambaran-gambaran ini, saya ingin menekankan bahwa kita tidak tertarik dengan urusan pemetaan sehubungan dengan gambaran-gambaran dalam kitab Daniel, dalam membahas mimpi-mimpi ini. Kita sudah membahas mimpi Nebukadnezar di pasal 2, bahwa ada empat kerajaan, yang sepertinya corresponds dengan Kerajaan Babilonia, Media-Persia, Yunani. Media-Persia adalah daerah yang hari ini namanya Iran; dan belum lama ini Iran clash dengan Israel modern, maka orang-orang Kristen membaca kitab Daniel seperti ini, bisa langsung kepincut ingin bikin peta-petaan, soal ini ada hubungannya atau tidak dengan kitab Daniel, dst. Dalam hal ini Saudara harus tahu bahwa setiap generasi tidak pernah habis-habisnya orang yang berusaha main peta-petaan seperti ini; kalau sekarang ini kitab Daniel dipakai untuk membaca relasi Iran dengan Israel, sesungguhnya belum sampai lima tahun yang lalu kitab Daniel –bahkan kitab Wahyu–dipakai untuk memetakan urusan pandemi Covid-19.
Sekali lagi, saya ingin katakan dari awal bahwa saya tidak tertarik dengan pemetaan-pemetaan seperti itu. Setiap generasi ada kecenderungan melakukan hal seperti itu, dan ironisnya salah satu faktor penyebab generasi kita banyak melakukan pemetaan-pemetaan seperti itu adalah karena hidup kita terlalu nyaman. Dalam zamannya Daniel, yang namanya perang antara bangsa-bangsa selalu ada, buat mereka itu bukan hal yang aneh; buat mereka, yang aneh justru kalau tidak ada perang, seperti zaman kita sekarang yang sedikit perangnya. Juga yang namanya wabah, dalam zaman mereka hidup, mereka bisa mengalaminya 3-4 kali seumur hidup, maka mereka juga tidak bakal merasa sebegitu ‘wah’-nya dengan Covid-19 atau apapun. Jadi, pembacaan dengan pemetaan-pemetaan seperti itu sama sekali tidak menarik buat saya, dan sesungguhnya juga tidak Kristiani.
Kenapa tidak Kristiani? Karena sering kali kecenderungan kita waktu membaca dengan pemetaan-pemetaan seperti itu, ujungnya adalah pembacaan yang terlalu simplistik, ‘O, umat Allah ada di Israel, sementara orang-orang di Iran itu bad guys-nya’. Tidak demikian, Saudara, identitas umat Allah ada di dalam Yesus Kristus, bukan lagi urusan geografi dan kebangsaan. Memang mungkin ada banyak umat Allah di Israel, tapi ada juga umat Allah di Gaza, ada juga umat Allah di Iran; dan menurut beberapa sumber, Iran hari ini mempunyai komunitas Kristiani yang pertumbuhannya salah satu tercepat di seluruh dunia. Itu sebabnya pembacaan pemetaan-pemetaan seperti itu tidak menarik dan tidak benar. Saudara tidak usah terpincut dengan pembacaan-pembacaan seperti ‘O, Ukraina itu good guys-nya, Rusia bad guys’, dsb.. Dalam hal ini kita mengatakan bahwa ada pengikut Kristus di berbagai tempat, daerah, dan kebangsaan, oleh karena karunia Allah yang menyentuh segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Puji Tuhan karena hal ini. Demikian disclaimer singkat sebelum kita masuk ke pembahasannya.
Pertama-tama saya ingin mengajak kita memperhatikan bagaimana sequence mimpi Daniel di pasal 7 ada paralel dengan mimpi Nebukadnezar di pasal 2, sbb.:
| Daniel 2 | Kerajaan | Daniel 7 |
| mimpi Nebukadnezar | mimpi Daniel | |
| Kepala (EMAS) | BABILONIA | Singa/Elang (hati manusia) |
| Dada (PERAK) | MEDIA-PERSIA | Beruang (besar sebelah) |
| Pinggang (TEMBAGA) | YUNANI | Macan Tutul (4 sayap/kepala) |
| Kaki (BESI) | ROMAWI (?) | Superbeast (bergigi besi) |
Kita sudah membicarakan gambaran patung di pasal 2, satu patung dengan empat bagian berbeda-beda, setiap bagian corresponds dengan kerajaan-kerajaan tertentu. Ada beberapa pandangan dalam hal ini, namun saya mengambil yang secara umum dipegang teolog-teolog yang kiblatnya reformasional, yaitu kepala emas corresponds dengan Babilonia, dada perak corresponds dengan Media-Persia, pinggang tembaga corresponds dengan Yunani, kaki besi corresponds dengan mungkin Romawi. Lalu di pasal 7 ada sequence yang pada dasarnya sama tapi lambang yang dipakai berbeda, bukan lagi bagian-bagian dari sebuah patung melainkan empat binatang liar/buas. Di sini Saudara bisa lihat paralel antara gambaran di pasal 2 dengan pasal 7.
Waktu membahas pasal 2, kita mengatakan bagian-bagian patung itu makin ke bawah semakin bertumbuh dalam kuasanya (semakin efektif), emas tidak terlalu ada gunanya sedangkan besi sangat berguna; dan pada saat yang sama, mereka juga semakin berkurang keagungannya, emas à tembaga à perak à besi. Demikian pula di pasal 7, binatang pertama singa, yang cukup universal diakui sebagai binatang yang agung, raja hutan; bahkan di sini dikatakan ‘ia ditegakkan pada dua kaki seperti manusia’, diasosiasikan dengan Nebukadnezar di pasal 2, dan mirip juga dengan pola cerita Nebukadnezar di pasal 4. Binatang yang kedua yaitu beruang, sedikit turun derajat, bukan lagi raja hutan, namun secara power bisa dikatakan lebih kuat daripada singa. Beruang juga secara umum berjalan dengan empat kaki, meski kadang-kadang bisa berdiri dengan dua kaki. Binatang yang ketiga yaitu macan tutul, dan tentu saja tidak pernah berdiri pada dua kaki, selalu berjalan dengan dua kaki. Binatang ini juga digambarkan bergerak dengan sangat cepat, kepalanya bahkan empat. Kembali di sini ada gambaran makin ke bawah semakin efektif, semakin berkuasa, namun keagungannya makin aneh dan hilang, entah seperti apa binatang dengan kepala empat ini. Yang terakhir tidak ada analogi satwanya sama sekali, dikatakan binatang ini bergigi besi. Ini menarik karena besi pada zaman tersebut konotasinya barang yang merupakan hasil olahan tangan manusia, jadi ini seperti binatang artifisial, diciptakan untuk satu tujuan saja, penghancuran. Sangat efektif, sangat berkuasa, tapi juga tidak ada keagungannya sama sekali. Antara pasal 2 dan pasal 7 ada paralel seperti itu, makin ke bawah semakin efektif, semakin kuat, tapi juga semakin kehilangan keagungan.
Di sisi lain, ada perbedaannya juga, karena di pasal 7 Daniel menyebutkan hal-hal yang tidak kita dapati di pasal 2. Dikatakan di situ, binatang kedua yang seperti beruang itu besar sebelah, melambangkan kerajaan kedua yang lebih tinggi di satu sisi. Ini seperti kerajaan dengan dua pusat kuasa, yang satu lebih besar daripada yang lain. Analogi modernnya seperti Inggris dan Amerika, dua-duanya sedikit banyak berasal dari sumber yang sama, mereka punya bahasa yang sama, budayanya tidak jauh berbeda, tapi sementara Inggris pada abad 19 lebih besar, Amerika pada abad 20 melampaui Inggris. Inilah sebabnya kerajaan yang kedua tadi disebut Kerajaan Media-Persia, awalnya Media lebih ada power, tapi kemudian Persia mengambil alih dan mendominasi. Binatang yang ketiga punya empat sayap dan empat kepala –tambah aneh– yang adalah kerajaan setelah Media-Persia, yaitu Kerajaan Yunani di bawah Aleksander Agung sepertinya, yang setelah kematiannya terpecah-pecah jadi empat kepala. Detail lain yang baru muncul di pasal 7, yaitu bahwa kerajaan yang keempat ini punya sepuluh tanduk, dan bisa dibilang dalam gambaran pasal 2 tentang bagian kaki tentu ujungnya juga punya sepuluh jari. Jadi di sini ada paralel, ada juga perbedaan.
Perbedaan yang lain, mengenai perpecahan dalam gambaran kerajaan-kerajaan ini. Di pasal 2 kepala memang satu, tapi mata dua, kuping dua, namun masih satu kepala, ada kesatuannya. Begitu masuk ke dada dan lengan perak, jelas banget ada dua tangan yang berlawanan, ini corresponds dengan gambaran beruang yang dua sisi, yang tidak simetris tadi. Selanjutnya bagian pinggang lebih jelas lagi divisinya karena pinggang merupakan kesatuan tubuh manusia yang terakhir, yang setelah itu bercabang jadi dua kaki/paha yang terpisah sama sekali. Dan begitu turun lagi ke kaki, jelas kaki terpisah satu dengan yang lain, dan berujung lagi jadi sepuluh cabang. Dengan demikian gambaran dari pasal 2 adalah kerajaan-kerajaan dunia ini tidak sebegitu bersatunya. Di pasal 7 gambaran ini semakin jelas karena keempat kerajaan tersebut tidak lagi digambarkan berupa satu kesatuan (patung), melainkan empat binatang yang berlainan dan berbeda sama sekali bahkan buas, yang kalau Saudara taruh empat binatang itu dalam satu ruang, bisa jadi mereka saling menerkam.
Demikian recap dari pembahasan sampai pasal 7, sekarang kita masuk ke pasal 8. Spoiler dulu supaya Saudara tidak terlalu lost, gambaran di pasal 8 ini hanya mengenai dua kerajaan saja, digambarkan dengan domba jantan dan kambing jantan, yang nantinya di-identifikasi sebagai Kerajaan Media-Persia (domba jantan), dan Kerajaan Yunani (kambing jantan). Pasal 8 ini semacam zoom pada kerajaan yang kedua dan ketiga.
PASAL 8:1-8
Ayat 1, Pada tahun yang ketiga pemerintahan Raja Belsyazar, tampaklah kepadaku, Daniel, suatu penglihatan sesudah yang tampak kepadaku dahulu itu. Terlihat di sini bahwa pasal 7 dan pasal 8 connected. Ayat 3, Aku mengangkat mukaku dan melihat, tampak seekor domba jantan berdiri di depan sungai itu; tanduknya dua (ini yang pertama, Media-Persia). Kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuh terakhir. Ayat 5-6, Sementara aku memperhatikannya, tampak seekor kambing jantan (ini yang kedua, Yunani) datang dari sebelah barat, melintasi seluruh bumi tanpa menginjak tanah; dan kambing jantan itu mempunyai satu tanduk yang mencolok di antara kedua matanya. Ia datang pada domba jantan bertanduk dua yang kulihat berdiri di depan sungai itu, lalu menyerangnya dengan keganasan yang hebat (itu sebabnya empat binatang ini terpecah-pecah, kalau doitaruh di satu ruang, mereka akan berantem sendiri).
Saudara, ini mimpi yang aneh, don’t worry about it. Saya sudah katakan khotbah ini tidak akan lebih gampang dari biasanya. Mungkin satu kalimat motivasi sebelum kita melanjutkan, ada yang pernah mengatakan begini: Hai, para cowok, kalau sebelum nikah kalian pikir bisa mengerti para wanita, itu bodoh; lalu kalau kalian pikir setelah menikah kalian bisa mengerti para wanita, itu naif; dan kalau setelah kalian menikah dengan bahagia 30 tahun dan sekarang bilang bisa memahami para wanita, kalian mimpi. Itu realitas pernikahan bukan? And yet, ini tidak pernah menghalangi kita, para pria, untuk menikah, ‘kan? Jadi sama saja dengan kitab Daniel atau Alkitab, ini misterius, aneh, sulit dipahami, tidak berarti kita jadinya harus merasa terhalang untuk terus memahaminya. Ini just kalimat motivasional sedikit untuk kita terus mempelajari bagian ini.
Perhatikan bagian ini, kembali ada paralel dengan bagian-bagian sebelumnya, pasal 2, pasal 7, dan pasal 8. Ada bagian-bagian yang corresponds lagi. Domba jantan di ayat 3 tadi ada dua tanduk, salah satunya lebih tinggi dari yang lain, dan yang tinggi itu tumbuhnya belakangan. Ini fit dengan gambaran dada dan lengan perak, fit dengan gambaran beruang yang berdiri satu sisi itu, analogi Amerika dan Inggris tadi, yaitu Kerajaan Media-Persia. Tokoh berikutnya di ayat 5, gambaran kambing jantan, dia melintasi seluruh bumi dan saking cepatnya sampai kakinya tidak menginjak tanah. Dalam hal ini basically semua penafsir Alkitab, baik yang reformed ataupun liberal, semua setuju bahwa ini membicarakan Kerajaan Yunani di bawah Aleksander Agung, yang hanya dalam sepuluh tahun saja menaklukkan hampir seluruh dunia, dari Yunani sampai India. Begitu cepat. Perhatikan juga kambing jantan ini dikatakan punya satu tanduk yang aneh (ini sebenarnya bukan tanduk yang aneh melainkan tanduk yang besar, agung, mungkin melambangkan keunikan Aleksander Agung; dan kita juga tahu Aleksander Agung cepat mati, lalu kerajaannya terpecah jadi empat), lalu di ayat 8 dikatakan: Pada puncak kuasanya, tanduk yang besar itu patah, lalu pada tempatnya tumbuh empat tanduk yang mencolok, sejajar dengan empat mata angin di langit.Ini bukan hal yang aneh, karena kalau Saudara buka google “Aleksander Agung”, Saudara akan menemukan gambaran seperti pada peta berikut ini:

Ini adalah gambaran kerajaan Aleksander Agung setelah dia mati, yang terpecah jadi 4. Di ujung kiri atas adalah Makedonia. Sebelahnya adalah Thrace, sekarang jadi Turki. Lalu yang bagian bawahnya adalah Seleucid, yang akan kita lihat lagi di pasal 11; dan paling bawah adalah Mesir. Inilah empat kerajaan yang muncul setelah Aleksander Agung meninggal.
Hari ini kita akan membahas sampai di bagian ini saja. Yang kita baca dalam ayat-ayat ini sesungguhnya Saudara bisa lihat dalam sejarah dunia; dan ini sejarah dunia yang mainstream, bukan sejarah dunia yang alternatif atau yang ada bau-bau pseudo-konspirasi teorinya, dsb. Jadi kalau Saudara mengambil kelas Sejarah Dunia Umum, dan Saudara google “Aleksander Agung”, inilah yang more or less akan Saudara temukan. Basically yang kita lihat di sini –pasal 2, pasal 7, dan sekarang pasal 8– Daniel diberitahu Allah mengenai semua hal ini jauh sebelum kejadiannya itu sendiri. Tidak heran memang bahwa ada godaaan untuk kita orang Kristen membaca bagian-bagian seperti ini lalu ingin menjadikannya sebagai dasar untuk main peta-petaan. Saya bukan tidak simpati sama sekali, puji Tuhan ada Allah di surga yang memang mewahyukan –menyingkap, apocalypsis–rahasia dan misteri kepada umat-Nya, salah satunya mengenai masa depan yang akan dihadapi umat-Nya. Puji Tuhan kita punya Allah yang demikian, tetapi itu bukan poin utamanya.
Poin utamanya bukan untuk kita main peta-petaan ini siapa, itu siapa, dsb. –meskipun barusan saya seakan melakukannya– karena perhatikan satu hal, bahwa meski ada kemiripan-kemiripan yang amazingly cocok dengan berbagai detail dalam sejarah dunia, Saudara lihat mimpi-mimpi ini gaya pembahasannya bukan menuju kepada presisi. Presisi bukan tujuan utama dari gaya bahasa penglihatan-penglihatan ini. Misalnya, tadi kita katakan macan tutul bersayap empat dan berkepala empat, paralel dengan kambing jantan yang menaklukkan bumi saking cepatnya sampai kakinya tidak menyentuh tanah –memang mirip. Kerajaan Yunani di bawah Aleksander Agung memang seperti itu, dalam sepuluh tahun semuanya sudah terbabat habis. In some sense kita lihat gambaran itu fit, tapi kalau Saudara mau pakai kacamata yang lain bisa juga. Bisa saja Saudara katakan ini mengacu pada Jerman di bawah Nazi dalam Perang Dunia II dengan serangan trademark mereka yang dinamakan Blitzkrieg (serangan kilat), di mana mereka dengan sangat cepat juga menaklukkan begitu banyak daerah. Bukan hanya dua ini, kalau Saudara cari-cari lagi dalam sepanjang sejarah dunia, Saudara menemukan masih banyak lagi contoh-contoh kerajaan-kerajaan dunia yang boleh dibilang merupakan kerajaan-kerajaan gercep. Jadi, usaha untuk memakai kitab-kitab ini jadi peta –jadi alat untuk kita memetakan habis-habisan bagian-bagian ini masuk ke bagian yang mana, dsb.– perdebatannya tidak pernah selesai-selesai, karena memang bahasanya tidak cukup precise untuk tujuan tersebut, maka perhaps tujuannya memang bukan untuk itu. To certain extent kita melihat kayaknya sih bagian ini ngomongin hal yang itu, tapi secara precise banget tidak ada yang bisa bilang.
Dalam hal jumlah kerajaannya, penggunaan angkanya juga menarik. Di pasal 2 dan pasal 7 kita melihat empat kerajaan. Lalu empat ini mau kita ambil secara hurufiahkah, bahwa pokoknya cuma ada empat kerajaan, that’s it? Dalam sastra Alkitab, angka empat penggunaannya spesifik, misalnya yang kita lihat dalam Amsal. Ada banyak amsal mengatakan seperti ini: “Tiga hal mencengangkan aku, tapi hal yang keempat… “ –ada pola 3+1. Dalam kitab Daniel kita menemukan juga pola seperti itu, ada tiga kerajaan dan satu yang lain sendiri, totalnya empat. Jadi, jumlah ini sepertinya menunjukkan kepada kita bahwa ini satu unit, bukan untuk kita terima secara hurufiah bahwa cuma ada empat kerajaan tok, selesai.
Di pasal 7, Saudara lihat jumlah kepala yang ada di binatang-binatang itu menarik juga. Ada berapa kepala totalnya? Singa punya satu kepala, beruang punya satu kepala, macan tutul punya empat kepala, lalu binatang yang terakhir, superbeast itu, punya satu kepala, maka total ada tujuh kepala. Ini kayaknya bukan kebetulan. Demikian juga si superbeast dikatakan punya sepuluh tanduk. Jadi di sini ada 7 dan 10, ini angka-angka yang menunjuk kepada keutuhan, kelengkapan –7 hari penciptaan, 10 Perintah Allah, dst. Saudara lihat, sepertinya maknanya di sini jauh lebih tinggi dari sekadar urusan memberitahu kita berapa jumlah persisnya.
Terlebih lagi, kita sudah mention kerajaan-kerajaan dunia yang mengambil binatang-binatang sebagai lambang negara mereka –Rusia mengambil beruang, Amerika mengambil elang, Inggris mengambil tiga singa, China mengambil naga, dst. –sebagai sesuatu yang masih terus berjalan sampai hari ini. Dengan demikian, sepertinya gambaran-gambaran binatang ini tidak cuma menandakan periode waktu tertentu saja, tapi menyatakan poin yang lebih luas dari itu, menandakan bahwa kerajaan-kerajaan dunia bisa berubah bentuk, bisa berubah jenis, seiring dekade demi dekade dan abad demi abad berganti; pola ini terus berlanjut, dan umat Allah memang diberikan untuk hidup di bawah kerajaan-kerajaan seperti ini untuk sementara waktu. Nebukadnezar berganti jadi Darius, lalu berganti jadi Aleksander Agung, lalu berganti jadi Antiokhus Epifanes, lalu berikutnya ada Nero, ada Domitian, Hitler, Stalin, Kim Jong-il, dsb., dan pembantaian serta penindasan kerajaan-kerajaan ini berlanjut terus juga ke Auschwitz, Rwanda, Sudan, dan tempat-tempat lain di seluruh dunia. Jadi, mencoba untuk mengidentifikasi satu-satu, yang ini dengan yang mana, secara presisi, itu mungkin bukan poinnya. Menyadari bahwa umat Allah dipanggil untuk hidup di bawah kerajaan-kerajaan seperti ini, itulah perhaps poinnya.
Poin dari bagian-bagian ini adalah untuk menyadari bahwa kita dipanggil sementara ini hidup di dunia di mana gambaran mimpi-mimpi buruk seperti ini merupakan hal yang cukup wajar. Kalau kamu tinggal di dunia seperti dunia hari ini, dan kamu bermimpi buruk karenanya, itu respons yang normal; perhaps itulah salah satu poin dari adanya gambaran-gambaran seperti ini. Ini sebabnya Paulus mengingatkan kepada kita di Efesus 6: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Jadi puji syukur kitab Daniel membukakan bahwa Allah kita tahu masa depan yang akan umat-Nya hadapi, dan membukakannya bagi mereka. Ini bukan cuma relevan untuk orang-orang zaman Daniel yang akan mengalami Kerajaan Media-Persia dll., ini juga relevan bagi kita, untuk menyadari bahwa kita memang dipanggil untuk hidup dalam zaman seperti ini, di bawah kerajaan-kerajaan seperti ini. Allah tahu, Allah memberitahukannya kepada kita, Allah mempersiapkan kita untuk hal itu.
Satu hal yang menarik, semua periode waktu tsb., mulai dari Media-Persia, Yunani, Romawi, dst., dalam level penggenapan yang immediate berkenaan dengan yang biasa dinamakan periode intertestamental, periode di antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, periode sekitar 400 tahun yang banyak orang katakan tidak ada nabi, tidak ada kitab, dsb., sehingga banyak orang Kristen pikir periode ini merupakan masa-masa gelap di mana Allah tidak bicara kepada umat-Nya, umat Allah nasibnya tidak menentu. Tetapi tidak, Saudara, kitab Daniel menolak pembacaan seperti itu; kitab Daniel membicarakan apa yang akan terjadi dalam periode intertestamental ini, antara kembalinya Yehuda ke Palestina dan sebelum kedatangan Yesus yang pertama di Betlehem. Ini bukan dark ages, Allah in-control terhadap segala peristiwa yang terjadi dalam periode itu. Kitab Daniel ini tujuannya untuk menenangkan/ menghibur umat-Nya.
Kenapa hal ini relevan buat kita? Saudara perhatikan, mimpi ini datang kepada Daniel pada zaman apa? Pasal 7:1 dikatakan ‘pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar’, pasal 8:1 dikatakan ‘pada tahun ketiga pemerintahan Raja Belsyazar’, artinya masih zaman Babilonia, belum masuk ke Media-Persia, Kores belum ada, umat Tuhan belum akan dipulangkan, tetapi sebentar lagi umat Allah akan dipulangkan, 70 tahun itu sudah semakin genap lalu orang-orang Yehuda akan kembali ke Palestina. Namun dengan mengatakan seperti ini, Allah sedang membukakan kepada mereka ‘kalau kamu kembali ke Palestina pun, jangan pernah pikir pergumulanmu akan selesai; kamu akan tetap hidup di bawah kerajaan-kerajaan asing’. Allah tahu hal ini, dan Allah mempersiapkan mereka menghadapi hal itu. Kita patut memuji syukur bahwa Allah melakukan hal seperti ini. Ini tidak menyelesaikan pergumulan umat Tuhan sama sekali, namun bisa meneguhkan.
Saya beri contoh yang terbalik banget efeknya, yaitu penduduk kota Tokyo pada zaman Perang Dunia II hampir berakhir. Mereka pernah mengalami yang namanya the firebombing of Tokyo, yaitu ketika armada Amerika di bawah komandan James Doolittle membawa pesawat bomber begitu banyak dan membom Tokyo habis-habisan. Keuntungan strategis dari serangan tersebut sebenarnya tidak terlalu ada, tapi ini merupakan pukulan moril yang begitu besar terhadap rakyat Jepang. Kenapa? Karena rakyat Jepang pernah dijanjikan oleh kaisar mereka –yang mereka anggap dewa mereka– bahwa tidak satu pun bom Amerika yang akan menyentuh Tokyo, tidak satu pun bom Amerika yang akan menyentuh tanah Jepang. Jadi ketika hal itu ternyata terjadi, Saudara bisa bayangkan efeknya seperti apa. Yang kita lihat dalam kitab Daniel, persis kebalikannya, Allah membukakan kepada Daniel, ‘kamu harus tahu inilah masa depanmu sebagai umat Tuhan, engkau akan hidup di bawah kerajaan-kerajaan seperti ini, engkau akan mengalami pergumulan-pergumulan seperti ini, maka engkau perlu dipersiapkan’. Ini relevan bukan cuma bagi Daniel, tapi juga bahkan bagi Paulus, bahkan bagi kita hari ini, karena ini sebuah pola zaman yang kita terus lihat hari ini. Kita terus akan ada dalam hal-hal seperti itu sampai tiba waktunya Kristus datang kembali dan membuat ciptaan baru kembali masuk. Kalau kita tahu Allah kita tahu akan hal tersebut, dan Allah kita mempersiapkan kita before hand, ini tidak menyelesaikan pergumulan kita, tapi ini meneguhkan kita. Itu poin dari pembacaan-pembacaan seperti ini.
Namun itu bukan semuanya, ada satu hal yang terakhir. Pasal 8 dan pasal-pasal sebelumnya banyak kemiripannya –ada gambaran kambing jantan dan domba jantan yang corresponds dengan gambaran kerajaan-kerajaan yang sebelumnya– tetapi ada perbedaan yang penting sekali di sini. Perbedaan yang paling striking antara pasal 7 dan pasal 8: pasal 7 bicara mengenai binatang-binatang buas, pasal 8 bicara mengenai binatang-binatang ternak, domesticated animal, domba dan kambing. Ingat juga bahwa kitab Daniel pasal 2 sampai pasal 7 pakai bahasa Aramaic, bahasa internasional, lalu mulai pasal 8 kembali beralih jadi bahasa Ibrani; dan, dalam budaya Ibrani, apakah kambing jantan dan domba jantan itu? Mereka bukan sekadar ternak, mereka adalah binatang kurban. Saudara lihat, kerajaan-kerajaan sebelumnya yang dilambangkan sebagai binatang-binatang yang mengerikan, menginjak-injak, memakan, membunuh, sekarang jadi binatang-binatang yang melambangkan kurban. Dan, yang Saudara harus tahu dalam kitab Imamat, ketika orang Israel datang mempersembahkan kurban, binatang tersebut sebagian besar mereka makan sendiri setelah mereka persembahkan –seperti juga persembahan Saudara di gereja dipakai untuk operasional melayani Saudara juga. Jadi, para pemakan di pasal 7, sekarang di pasal 8 dimakan. Ada sesuatu yang terjadi di antara pasal 7 dan pasal 8 ini, sehingga kereajaan-kerajaan yang tadinya binatang buas yang menggigit, menerkam, dsb., sekarang somehow jadi ternak, jadi kurban. Ini menarik.
Saudara perhatikan, gambaran kerajaan-kerajaan ini digambarkan dari sudut pandang siapa? Di pasal 2, karena yang bermimpi Nebukadnezar, maka bisa dikatakan pasal 2 adalah gambaran kerajaan-kerajaan dari sudut pandang para rajanya. Ketika mereka melihat kerajaan-kerajaan yang akan datang, mereka membayangkan diri mereka sebagai patung-patung megah dengan bahan-bahan indah dan kuat –itu pasal 2. Di pasal 7, kerajaan-kerajaan ini digambarkan bukan dari sudut pandang para raja, tapi dari sudut pandang orang-orang yang di bawah kerajaan-kerajaan tsb., orang-orang yang powerless, yang kalah, yang diinjak-injak, maka bagi mereka kerajaan-kerajaan itu bukan patung yang megah, mereka cuma binatang buas yang menerkam dan mencabik-cabik kita, mengambil harta kita, membebankan pajak pada kita, bahkan nyawa kita pun diambil oleh mereka. Tapi Saudara lihat sekarang di pasal 8, kerajaan-kerajaan itu dilihat dari sudut pandang siapa? Sudut pandang Allah. Dari sudut pandang Allah, mereka cuma binatang ternak, cuma binatang kurban, kerjanya menanggung beban, membajak ladang, ujungnya dikurbankan; mereka ada di bawah kendali Allah, mereka dibawa untuk dipersembahkan bagi Allah, dan ultimately mereka sedang melayani tujuan Allah meskipun mereka sering kali tidak menyadarinya. Saudara lihat, hal ini jelas banget, Aleksander Agung yang mungkin adalah pemimpin militer terbesar sepanjang sejarah manusia, dibahas dalam kitab Daniel hanya dengan beberapa kalimat tok lalu lewat, mati, terpecah kerajaannya —that’s it. Dan, di hadapan Allah, ujungnya adalah Aleksander Agung cuma seekor kambing di ladang Tuhan yang luas. Itulah salah satu message yang lebih utama dari penglihatan-penglihatan ini. Sekali lagi, inilah sastra apokaliptik, terungkap.
Omong-omong, ini bukan cuma satir wishful thinking, karena Saudara tentu tahu apa dampak terbesar dari Aleksander Agung kepada dunia ini, yaitu Helenisme. Aleksander Agung membawa budaya Yunani, dan basically membuat bangsa-bangsa dari Yunani sampai ke India semua bicara bahasa Yunani. Budaya Yunani ia sebar hampir ke seluruh dunia yang dikenal pada waktu itu. Apa efek kelanjutan hal ini? Beberapa tahun kemudian, ketika Yesus Kristus datang ke dunia ini, ketika Injil datang ke dunia ini, berhubung hampir seluruh dunia berbicara bahasa Yunani maka pengabaran Injil dari Yerusalem meledak begitu cepat ke seluruh dunia karena semua orang berbicara bahasa yang sama. Itulah “jasa” dari Aleksander Agung. Dia tidak sadar bahwa dia melakukan ini, tapi itulah yang dipakai Tuhan. Allah menggunakan bangsa-bangsa ini, mereka cuma binatang kurban bagi Allah, kerajaan-kerajaan ini ujungnya semua melakukan tujuan dan kehendak-Nya, mereka hanya tidak tahu saja.
Pertanyaan kita, apa yang menyebabkan pasal 7 binatang-binatang buas itu, bisa beralih ke pasal 8 binatang-binatang ternak, apa yang ada di tengah-tengahnya? Sekali lagi, pasal 7 dan pasal 8 berhubungan. Pasal 7 tahun pertama pemerintahan Belsyazar, pasal 8 tahun ketiga Belsyazar; dan secara spesifik di pasal 8 ayat 1 mengatakan bahwa ini penglihatan berikutnya setelah yang sebelumnya itu, jadi penulis kitab Daniel menggabungkan kedua penglihatan ini. Lalu apa yang ada di tengah-tengahnya? Di pasal 7 bagian akhir adalah cerita mengenai gambaran anak manusia, yang naik dengan awan-awan ke hadapan Allah yang kekal untuk menerima kuasa yang sesungguhnya atas segala bangsa dan kerajaan dunia. Gambarannya adalah naik dengan awan-awan –bukan turun– kepada Allah yang kekal. Analoginya seperti World Cup, tim-tim itu berjuangnya di lapangan bawah, lalu ketika menang, mereka naik ke tribun, dan di atas tribun biasanya ada para penguasa dunia bola, Presiden FIFA Giovanni Infantino misalnya, lalu Presiden dari tuan rumahnya juga datang, untuk memberikan piala, untuk basically mengatakan, “Kamu sekarang adalah penguasa dunia bola untuk empat tahun ke depan”, dsb. Inilah gambaran yang kita lihat di kitab Daniel; ada sesuatu yang anak manusia lakukan di bawah, untuk kemudian dia menerima kekuasaan di atas. Apakah yang terjadi ini? KRISTUS.
Kenapa Kristus bisa menang dari binatang-binatang buas ini, menjinakkan binatang-binatang buas ini jadi binatang-binatang kurban? Of course Saudara mengatakan karena Dia Singa dari Yehuda, Dia jauh lebih hebat dari mereka semua. Tapi waktu Saudara nyontek ke kitab Wahyu, ketika para tentara surga mengatakan ‘biarlah Singa dari Yehuda membuka gulungan kitab itu’, apa yang terungkap, ter-apokaliptik di balik Singa dari Yehuda itu? Anak Domba Allah yang tersembelih. Ya, Saudara, Yesus bisa menang atas mereka semua karena Yesus adalah Singa dari Yehuda yang jauh lebih kuat daripada mereka semua, tapi juga karena Ia adalah Domba Allah yang Sejati, Ia disembelih. Ia adalah apex predator yang tertinggi, justru karena Ia juga adalah hewan kurban yang ultimat, karena Ia dikurbankan bukan tanpa sepengetahuan-Nya, Ia sendirilah yang menyerahkan diri-Nya untuk itu, dan oleh karena itu Kerajaan-Nya jauh lebih luas, jauh lebih mulia, dibandingkan Babilonia, Media-Persia, Yunani, Romawi, Inggris, Amerika, atau kerajaan manapun.
Ironisnya, Ia mencapai hal ini justru karena Ia menyerahkan diri-Nya untuk dibunuh, diinjak-injak, ditelan, oleh kuasa-kuasa yang ada di belakang semua bangsa-bangsa itu. Dalam kematian-Nya di atas kayu salib, dan kebangkitan-Nya dari kematian, serta melalui kenaikan-Nya ke sebelah kanan takhta Allah yang kekal, Yesus Kristus, Anak Manusia, menerima Kerajaan yang tidak bisa hancur, lalu Ia membaginya dengan umat-Nya, Saudara dan saya. Itulah the good news of the Gospel.
Hari ini hari ulang tahun Gereja GRII Kelapa Gading, maka biarlah kita hari ini mengingat siapa diri kita. Kita bukan cuma Gereja yang dikasihi tok, kita bukan cuma Gereja yang diselamatkan oleh karunia yang cuma-cuma tok, kita adalah Gereja yang punya tugas; dan tugas kita adalah menjadi bagian di mana Allah mengungkap realitas yang sesungguhnya di balik dunia ini. Gereja yang melalui tindakan-tindakannya mengungkap apa yang tersembunyi, membongkar apa yang tidak kelihatan, bahwa jalan yang dunia anggap menuju hidup malah menuju kematian, dan jalan yang dunia anggap seperti menuju kematian malah adalah kehidupan yang sejati. Saudara melakukan ini lewat apa? Lewat Saudara diberikan kuasa untuk bergumul mengasihi musuh-musuhmu. Dengan engkau diberikan kuasa untuk terus berpengharapan kepada Tuhan meskipun engkau miskin dan sendiri. Dengan engkau diberikan kuasa untuk mendoakan kesakitan orang-orang lain pada masa-masa yang engkau sendiri punya banyak kesakitan. Dengan engkau diberikan kuasa untuk punya hidup yang sungguh-sungguh hidup justru karena hidupmu diwarnai dengan pemberian dan kemurahan hati. Itulah apocalupsis bagi zaman ini. Itulah tugas kita sebagai Gereja pada zaman di mana Allah mengungkap realitas yang sesungguhnya. Itulah jalan yang malah menuju kepada kehidupan. Itulah jalan kepada kuasa yang sejati, yang lebih kekal, lebih mulia, lebih menghidupkan, dibandingkan kuasa-kuasa sementara yang dnia pikir adlah kuasa, hanya karena kuasa-kuasa tersebut bisa menghancurkan tok. Inilah kuasa Singa dari Yehuda, inilah kuasa Anak Domba Allah. Kiranya kita sungguh-sungguh bisa menjadi Tubuh-Nya di atas dunia ini.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (MS)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading