Saya akan ajak Saudara untuk melihat seorang tokoh di dalam Alkitab yang disebut tabib. Mari kita membaca di dalam Kitab Kolose 4:14 dan nanti kita akan melihat pendahuluan Kitab Lukas 1:1-4.
Saudara perhatikan di dalam Alkitab, waktu sebut tokoh demi tokoh kadang-kadang ada yang disebut dia punya background itu apa. Ada yang backgroundnya sangat remeh dan itu adalah pemungut cukai. Matius menuliskan seluruh daftar Rasul-rasul di dalam Kitab Matius; waktu tulis nama dia sendiri, dia kasih keterangan pemungut cukai. Matius sangat rendah hati, dia tidak menghapus kata pemungut cukai. Tapi penulis Injil yang lain, waktu me-list-kan 12 Rasul, waktu sebut Matius, kata pemungut cukai, semua tidak ada. Penulis lain menghargai Matius dengan tidak tulis latar belakang masa lalu sebagai pemungut cukai yang dianggap orang berdosa itu. Tapi Matius sendiri menulis. Lalu di dalam Kitab Kolose kita melihat Paulus memperkenalkan Lukas, di kasih keterangan posisi dia di masa lalu, yaitu seorang dokter.
Lukas disebut seorang tabib. Lukas adalah orang yang mendampingi Paulus. Dan Tuhan izinkan Lukas dengan posisi dapat uang dengan sangat gampang karena jabatan dia, tapi dia tinggalkan segala sesuatu. Dan Lukas digabungkan dengan nama Demas, ini lebih menarik. Lukas meninggalkan kehidupan dunia dengan gampang dapat duit karena seorang tabib. Seorang tabib di masa dulu itu posisi yang sangat-sangat dihargai. Lalu Demas bagaimana? Demas sudah menerima yang baik, anugerah Tuhan yang begitu besar, dia tinggalkan semua anugerah. Dia mencintai dunia dan dia meninggalkan Tuhan. Lukas lain, sudah menikmati seluruh keindahan dunia dengan jabatan posisi yang luar biasa, dia tinggalkan, dia ikut Paulus. Demas sudah ikut, sekarang tinggalkan Paulus. Nah, dua ini kontras luar biasa.
Hari ini saya menyoroti waktu Paulus memperkenalkan Lukas adalah seorang tabib. Saya sangat tersentuh dengan kata itu karena seorang tabib sampai hari ini di seluruh dunia mirip-mirip, kalau sudah jadi dokter, tulisannya pasti singkat-singkat. Ada dokter tulis resep dengan kalimat seperti syair, lalu satu lembar resep semua full kata-kata? Seorang tabib akan memakai banyak singkatan dan kalau disuruh tulis panjang, ini beban salib yang begitu berat bagi orang yang tidak suka tulis panjang. Saudara kalau lihat ada orang yang selalu bicara singkat, lalu suruh dia pidato, wah ini beban berat. Tetapi Lukas yang seorang tabib yang tulisan biasanya pasti singkat dan tidak bertele-tele, apalagi seorang dokter yang sangat terkenal tidak mungkin dia mau bicara panjang sama pasiennya sedangkan 50 pasien sedang ngantri. Dokter yang langganannya begitu banyak, pasien begitu banyak, lalu yang ngomongnya panjang, wah itu setengah mati. Maka lihat, dokter-dokter yang sudah sangat terkenal ngomongnya simple karena dokter itu tidak suka bertele-tele.
Lukas, seorang tabib lalu bisa menulis Kitab Suci, ini namanya pikul salib. Kitab yang dia tulis ada 2: Kitab Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul. Tema ini sesuatu yang sangat unik yang banyak orang tidak perhatikan. Di dalam 4 kitab Injil –Matius, Markus, Lukas, Yohanes– secara pasal di dalam bahasa Indonesia mana lebih banyak? Secara kata di dalam bahasa asli, Lukas yang paling banyak. Lukas seorang tabib menulis kata dengan bahasa yang sederhana, dengan kata yang begitu teliti dan tidak menyingkatkan semua. Kalau dia pakai singkat, kita sekolah teologia lebih cepat selesai, khususnya sekolah Perjanjian Baru. “Hai Teofilus, seperti yang kau dengar tentang Injil, demikianlah benar adanya” –singkat, langsung selesai, “Yesus sudah lahir dan sudah mati dan naik ke Sorga”. Tetapi Lukas tulis panjang lebar, kayak kurang kerjaan dia. Lukas adalah kitab di Perjanjian Baru –kalau kita bandingkan 4 Injil– dia memecahkan rekor secara kosakata. Lalu perhatikan kitab Kisah Para Rasul plus kitab Lukas, 2 kitab ini Lukas yang tulis. 13 kitab Paulus Semua digabungkan kosakatanya, 2 kitab Lukas memecahkan rekor lagi.
Paulus adalah pemimpin daripada Lukas. Lukas sangat dipengaruhi oleh Paulus. Lalu kita melihat di dalam kitab 4 Injil, Tuhan sengaja memakai 2 orang rasul dan 2 orang awam. 2 orang awam ini bukan orang awam sembarangan. Matius itu rasul, Markus bukan, Lukas bukan, Yohanes rasul. 2 rasul 2 bukan. Karena satu perkara baru sah, jika ada 2 saksi. Jadi Tuhan memakai 2 saksi dari wilayah rasul dan Tuhan memakai 2 saksi dari kaum awam. Lalu kaum awam ini tulis pakai otoritas siapa? Kaum awam ini yaitu Markus dan Lukas dibaliknya ada Rasul. Markus belakangnya Petrus, Lukas belakangnya Paulus. Saudara bayangkan ya, Lukas adalah anak didik daripada Paulus ini. Lalu anak didik menulis jauh lebih banyak dibandingkan pemimpinnya. Pemimpinnya tulis 13 kitab, anak didiknya tulis 2 kitab. Secara jumlah kitab kalah, Tapi secara kosakata, Lukas memecahkan rekor. Dari sini kita sudah melihat, Lukas menyangkal diri dari posisi tabib, dia rela menulis panjang lebar dengan teliti karena dia ingin membawa Teofilus untuk mengerti Injil secara dalam. Untuk orang mau dengar Injil, sendiri harus berkorban. Selama tidak berkorban tidak mungkin akan memenangkan jiwa. Kerumitan Hamba-hamba Tuhan adalah tidak mau korban. Kerumitan semua pelayan-pelayan, tidak mau korban. Lalu setelah merasa diri tidak mau korban, lalu merasa diri adalah seorang pelayan yang sudah melayani luar biasa.
Lukas, kita sudah lihat dia adalah seorang yang rela menyangkal diri. Karena dia sendiri sudah rela pikul salib, merendahkan diri tulis semua, sekarang dia perintahkan Teofilus. Apa yang dia maksudkan waktu dia tulis kepada Teofilus? Saya percaya Teofilus ini adalah orang, bukan nama samaran atau bukan sekelompok manusia tetapi ini orang yang betul-betul, yang bernama Teofilus. Lihat, “Teofilus yang mulia,….” Orang ini posisinya pasti sangat baik, Lukas posisi jabatan baik. Lalu orang ini, Paulus sudah memenangkan atau sudah mempengaruhi si Lukas, maka semua pengorbanan Paulus sudah diadopsi oleh Lukas. Lalu perhatikan Lukas waktu tujukan surat kepada Teofilus, Lukas juga ingin Teofilus –‘Lu, harus memperhatikan orang sederhana’. Nanti Saudara perhatikan, Lukaslah penulis yang memunculkan semua orang sederhana yang tidak pernah ditulis oleh kitab Injil manapun. Lukas yang memunculkan Maria Magdalena yang dirasuk 7 roh jahat. Tidak ada penulis kitab Injil yang menulis Maria Magdalena plus ada 7 roh jahat di dalamnya karena Lukas mau soroti, lihat ini wanita yang tidak ada gunanya di dalam kebudayaan Yahudi tetapi lebih tidak ada gunanya ada 7 roh jahat. Tapi siapa bilang tidak ada guna? Pada hari kebangkitan dia adalah wanita yang diutus untuk bicarakan kebangkitan Tuhan Yesus kepada kelompok rasul-rasul yang sedang ketakutan. Dan semua Rasul tidak percaya pemberitaan dari Maria Magdalena.
Di dalam kitab Lukas, muncul cerita-cerita yang tidak pernah ada di bagian manapun. Perhatikan, satu persatu cerita-cerita di dalam Kitab Lukas, dia mengangkat semua orang sederhana karena orang sederhana harus diperhatikan. Lukas adalah seorang dokter yang saya percaya banyak mengamati orang-orang yang sederhana. Karena banyak orang sederhana, Tuhan kasih kesulitan hidup. Dan dari kesulitan hidup, mereka mempunyai iman yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang hidupnya enak.
Lukas waktu tujukan kepada Teofilus, dia ingin Teofilus, ‘Lu sekarang lihat orang bawah,’ Lukas mulai dengan ini di pasal 1, “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita.” Lukas sama Teofilus pasti kenal baik. Berarti penulis sudah ada, lalu ngapain lagi Lukas tulis. Dia tidak berkata di dalam hati, ‘ya biar orang yang kerjain, itu bukan beban saya.’ Dia pikul salib, dia nyangkal diri, dia tulis supaya Teofilus mengerti semua kronologi secara detail.
“…menyusun suatu berita peristiwa-peristiwa yang telah terjadi seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata…”. Ini poin pertama. 3 poin kita akan lihat di dalam Kitab Lukas pasal 1 ini. “Dari semula adalah saksi mata”. Banyak orang di gereja (Reformed), –banyak kegiatan Reformed– tidak pernah mau jadi saksi mata. Ada acara seminar tidak pernah ikut, ada acara PA tidak pernah ikut. Begitu ada kesulitan, baru tanya “gimana jawabnya ya? Ada orang tanya saya ayat ini”. Begitu banyak kebaktian, begitu banyak acara di gereja tetapi tidak hadir, tidak jadi saksi mata. Banyak kegiatan-kegiatan, kita wadahnya banyak tapi nggak pernah mau ikut. Akhirnya orang gereja luar yang nikmati semuanya. Waktu seseorang ditawarkan atau mendengarkan banyak acara penting, tapi tidak mau hadir, maka dia kehilangan banyak hal. Jadi saksi mata adalah kunci awal untuk kita bisa bersaksi.
Di dalam kitab 1 Yohanes, “Kami yang dari semula yang adalah saksi. Kristus itu siapa? Yang kami lihat, yang kami raba, itulah yang kami beritakan”. Jikalau saya tidak mau jadi saksi duluan, maka tidak ada berita. Kalaupun ada berita, pasti kalimat awalnya, ‘kata orang, saya dengar…’. Itu kalimat yang paling bahaya. Waktu dia dengar, orang lain yang dia denger, orang itu juga dengar dari orang lain, dan setelah dengar dari beberapa orang –karena estafet–, lalu yang ini tambah 2 kalimat, yang ini kurang 1 kata, yang ini tambahin 3 kalimat lagi, sampai ke kita, ‘saya dengar…’, itu semua sudah amburadul. Waktu kita tidak jadi saksi mata pertama maka waktu kita mau saksikan, tidak ada kuasa. Kenapa multilevel selalu kasih coba dulu? Waktu dia tawarkan, dia selalu kasih coba, lalu beli dan kita makan, ternyata betul enak maka kita punya “kuasa” langsung menawarkan produk ini. Kenapa harus coba? Kenapa harus saksi? Karena ini pondasi yang sangat penting.
Kalau sudah jadi saksi mata apakah sudah cukup?. Belum. Banyak orang, semua kegiatan dia ikut. ‘Oh KPIN’, saya ada, saksi. ‘Oh SPIK’, saya ada, saksi, tetapi setelah selesai sampai hari ini, kalau ditanya khotbahnya apa, ‘ya, tidak tahu, lupa semua’. Saksi, tapi waktu dengar Firman, tidak dengar Firman. Wah, dia sibuk pelayanan di luar, dia kayak Marta sibuk jalan-jalan tapi hadir secara tiket –namanya ada, di secara tempat tinggal hotel –namanya ada tapi hanya sampai saksi, hanya sampai saksi yang duduk, lalu setelah itu pulang tetap sama. Banyak orang secara tubuh hadir jadi saksi tapi itu bukan yang Lukas mau. Satu sisi tidak mau hadir, tidak mau jadi saksi, maka tidak ada kuasa. Satu sisi mau jadi saksi, apapun kegiatan dia hadir, tetapi ngak ngerti-ngerti. Lalu mana yang baik? Saya harus bertobat, saya akan hadir dan saya akan menikmati waktu saya hadir, menikmati semua yang Tuhan ingin saya ketahui pada hari itu.
Poin yang pertama tadi menjadi saksi, itu tahap awal. Tahap kedua, menjadi pelayan Firman. Di Lukas 1:2 “Seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman”. Setelah jadi saksi, tahap pertama sudah lewat. Tahap kedua lebih susah, yaitu jadi pelayan. Berapa banyak orang apapun ikut tapi pelayanan tetap orang yang lama, itu-itu saja, padahal jemaat begitu banyak tapi semua jemaat malasnya luar biasa. Maka kadang-kadang Tuhan hukum.
Orang Kristen sudah lama di gereja, setiap kebaktian menjadi saksi mata, persekutuan –saksi mata. Tapi nanti kalau sudah bicara pelayan, ‘biar yang lain makin besar, aku makin kecil’. Maksudnya apa? ‘Biar gua kabur’. Kalimat itu dikatakan oleh Yohanes Pembaptis pada saat dia masih terus sedang giat. Tapi kita kutip kalimat itu pada saat kita giat pun tidak. Saksi mata sudah, tidak ada gerakan untuk melayani, maka sampai hari ini kalimat “pekerja Tuhan terlalu sedikit” mestinya sampai hari ini “pekerja Tuhan sudah kebanyakan”.
Jikalau semua pelayan Tuhan adalah anggota gereja, yang sudah jadi anggota semua melayani, kekuatan gereja Tuhan sangat besar. Tapi kenapa sampai hari ini susah? Karena banyak yang mandul rohani. Seorang yang mandul, pasti cari dokter. Tetapi orang yang mandul rohani, hampir tidak pernah konseling sama Hamba Tuhan. Waktu orang tidak ada pelayanan, dia sendiri sedang mandul tidak menghasilkan buah. Hampir tidak pernah tanya Hamba Tuhan, hampir tidak pernah koreksi diri dan tidak merasa malu sudah berpuluh tahun tidak pernah dapat buah apapun. Saudara kalau tanam pohon, Saudara tahu ‘ini pohon mangga manis’. Setelah tanam berpuluh tahun tidak ada buahnya, kira-kira Saudara biarkan dia atau habisin dia?. Saudara biarkan dia menikmati rindangnya tapi Saudara setiap hari sapu daunnya yang rontok dengan tangisan airmata, ‘Mana buahmu? Gua sudah sapu lama, vitamin C nggak dapat. Lama-lama lihat eneg juga, gua melayani kamu, buah nggak keluar’. Akhirnya tebang, ganti yang ada buah.
Saksi mata, ini yang akan mendorong kita untuk kita menjadi saksi plus pelayan. Tetapi pelayan saja belum cukup. Banyak orang melayani hanya secara tubuh/ fisik tetapi Lukas mengatakan pelayan Firman. Di dalam commentary dikaitkan, Firman ini bisa mengacu nanti kepada Kristus-nya, atau bisa mengacu kepada perkataan Firman yaitu nanti bicara tentang Injil. Seorang pelayan mesti ada unsur verbal keluar dari mulut. Saudara jangan kira dengan saya bertindak lalu mulut tidak berkata-kata, saya bisa memenangkan jiwa. Tidak mungkin bisa. Dulu ada teori mengatakan, ‘kita menjadi saksi tidak usah pakai suara, tidak usah verbal, hanya tindakan saja orang akan melihat Kristus bercahaya di dalam hidup kita’. Tidak mungkin bisa. Hanya perbuatan, hanya pelayan tidak akan memenangkan jiwa.
Di dalam kitab Petrus, dipisahkan dua tokoh yaitu Nuh dan Lot. Ini dua tokoh yang sangat menarik sekali. Lot itu setiap hari melihat –saksi mata, melihat kejahatan orang-orang di Sodom dan Gomora. Setiap hari melihat, setiap hari mendengar. Lihat, mata dan telinga ini dua alat input yang sangat penting. Seorang anak belajar dari dengar. Orang buta pakai dengar. Kalau sudah buta dan tuli, nanti dia pakai tangan raba, dia bisa baca. Lot setiap hari melihat, Lot setiap hari mendengar dan jiwanya tersiksa. Lihat yang Lot, mata dan telinga saja sedangkan Nuh lain. Nuh pasti melihat karena dia hidup di zaman yang begitu rusak. Nuh pasti mendengar, Nuh mengetahui kejahatan orang-orang di zamannya. Mata melihat, telinga mendengar tapi Nuh mempunyai kelebihan yang luar biasa –mulut berkata-kata. Lalu Saudara berkata, ‘Oh, percuma dia, mulut berkata-kata, percuma tidak ada yang selamat, karena yang selamat itu 8 orang, tidak ada jiwa yang dia menangkan’. Siapa bilang? Perhatikan cara Petrus menulis ini dengan teliti di dalam 2 Petrus 2:5, “dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ….” Kita selalu baca Alkitab, berapa orang selamat? 8 tetapi Petrus memisahkan –pecahkan detail– 1 + 7. Maksudnya apa? 7 itulah yang dimenangkan oleh si Nuh. Firman turunnya ke Nuh. Firman Tuhan melalui dua pengintai turunnya ke Rahab tetapi Rahab memenangkan keluarganya melalui perkataan. Nuh dapat Firman dirikan bahtera, kenapa anak-anak dia semua taat? Karena Nuh yang mengabarkan kepada mereka. Jadi Nuh berhasil mendapatkan 7 jiwa sebagai pemberita kebenaran. Setelah bahtera jadi, Tuhan tidak pernah puji Nuh –ahli di bahtera. Tuhan tidak pernah puji profesi –hasil– yang dia dapat. Yang Tuhan puji –si Nuh pemberita kebenaran.
Jadi mulut harus berkata-kata. Maka sudah jadi saksi, sekarang jadi pelayan. Jadi pelayan tanpa mulut, hanya tubuh itu kurang maka harus pelayan Firman karena Tuhan yang sudah menyelamatkan kita, Tuhan taruh Firman. Di dalam Alkitab, Allah Tritunggal menyertai lidah. Waktu Musa berkata, ‘Aku tidak bisa ngomong’. ‘Siapa yang membuat lidah? Bukankah Aku? Aku yang buat mata melihat, Aku yang buat mata buta’. Lalu kalau Tuhan kasih lidah, masa Tuhan tidak kasih kata-kata? Perhatikan kitab Yesaya, kitab Yeremia, –Tuhan taruh Firman di dalam mulut sampai kepada Perjanjian baru, muncul kalimat ‘Roh Kudus akan membantu kamu berkata-kata’. Dan muncul kalimat ‘Yesus akan membantu kamu berkata-kata’. Kita harus menjadi pelayan dan pelayan yang harus ada hubungan dengan berkata-kata, jikalau tidak kita hanya seperti seorang yang sibuk-sibuk yang sebetulnya orang agama lain juga bisa kerjakan. Tapi untuk berkata Firman, hanya orang Kristen yang diselamatkan yang Tuhan kasih kuasa itu. Kalau pelayan-pelayan fisik, gampang, –gaji orang semuanya jadi. Tapi untuk yang berkata-kata, ini yang sulit. Saksi bagus, belum selesai di situ. Pelayan bagus, belum selesai di situ, harus pelayan Firman. Setelah ini semua sudah, belum selesai.
Poin-poin di dalam Lukas 1 ini kunci besar untuk kita menjadi seorang pelayan Tuhan. “Seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”. Lukas menulis bagian ini pertama kali muncul di Lukas 1. Kali kedua muncul di dalam Kisah Para Rasul 17:10-11 waktu dia menjelaskan perbedaan jemaat Tesalonika dan Berea.
“Tetapi pada malam itu juga segera saudara-saudara di situ menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Setibanya di situ pergilah mereka ke rumah ibadat orang Yahudi. Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.” Jadi saksi, pelayan, tidak cukup sampai di situ. Waktu jadi pelayan Firman, sudah selesai, happy ending, Tuhan memakai mulutku, stop, semua tidak mau ikut lagi. Kurang satu, yang ketiga yaitu menyelidiki semuanya sehingga saya mengetahui semuanya sungguh-sungguh benar. Jadi, jangan berhenti belajar Firman. Kita lihat, Reformed banyak banyak kegiatan, Reformed banyak pembinaan, berapa persen orang yang ikut?
Tidak ada yang mau sungguh-sungguh berkorban bayar harga. Kalau tidak bayar harga kita tidak mungkin akan mengetahui satu pelajaran sungguh-sungguh benar dan sungguh-sungguh dalam atau tidak. Untuk orang banyak dapat berkat, Tuhan membuat sebagian orang harus susah. Jikalau berkat untuk banyak orang maka orang yang jadi pelayan dibuat lebih susah. Dengan susahnya orang itu, beratus-ratus orang, beribu-ribu orang akan dapat berkat. Itulah pelayan-pelayan Tuhan. Kalau tidak mau, bagaimana orang bisa dapat berkat. Jikalau Daud tidak mau susah, seluruh Israel tidak dapat Raja kayak begini. Kalau Musa tidak mau susah, tidak ada orang yang mau pimpin bangsa Israel. Musa rela susah, jutaan orang dapat berkat.
Dua kitab dari Lukas ini, merupakan kunci kekristenan yang sangat penting. Banyak orang Kristen menjadi orang Kristen hanya berhenti sampai Lukas pasal terakhir. Saya mengelompokkan kekristenan di dalam 2 kelompok memakai dua kitab ini. Kekristenan model pertama berhenti di Kitab Lukas pasal terakhir. Ayat 50, “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. “Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah”. Inilah kekristenan model pertama. Kekristenan harus nyambung Kitab Kisah Para Rasul. Setelah Yesus naik ke Sorga, Roh Kudus turun maka semua yang jadi saksi sekarang harus menjadi pelayan, dan harus jadi pelayan Firman. Jikalau tidak, kekristenan hanya buntu sampai Lukas pasal terakhir, ngumpul di gereja, rajin hadir, lalu memuliakan Allah, lalu pulang tidak lakukan apa-apa. Mesti dilanjutkan dengan Kisah Para Rasul, maka hanya di dalam Kitab Kisah Para Rasul-lah kita melihat kebangkitan kaum awam yang sangat besar karena seluruh orang Kristen yang sudah jadi saksi mata keselamatan daripada Kristus yang dialami, sekarang karena menjadi pemberita/ pelayan firman, lalu kita melihat nanti mereka akan bertekun di dalam ajaran para Rasul.
Kekristenan berakhir di ujung bumi. Maka kitab Kisah Para Rasul, kita melihat Injil Tuhan akan menuju sampai ke titik akhir yaitu menuju –kejar– ke ujung bumi. Di dalam kitab Kisah Para Rasul, –ujung bumi– Paulus ingin pergi ke Spanyol –di Perjanjian Lama itulah Tarsis. Setiap orang pasti ada ujung buminya tapi ada orang yang ujung buminya tidak ada makna. Setiap manusia ada titik akhir yang dia mau capai. Di dalam bisnis, ada titik akhir yang dia mau raih. Di dalam rohani juga harus ada titik akhir. Saudara coba pikirkan, ‘apakah ujung buminya saya?’ Tentukan ujung bumi. Terus temukan, Tuhan mau kita akhirnya berhenti di mana. Kalau sudah sampai di situ, kita akan puas karena ini ujung bumi yang aku tidak mau, tapi Tuhan kirim.
Mulai hari ini semua janji kita di hadapan Tuhan mesti digenapi dan mulai hari ini buat janji baru,’Tuhan, ujung bumi saya adalah ini, aku mau capai ini’. Lukas sudah melakukan yang terbaik dan dia harap Teofilus menjadi orang yang mulia, sekaligus orang yang spirit inkarnasi, spirit ke ujung bumi.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (JRR & EL)
Gereja Reformed Injili Indonesia Kelapa Gading